Jokowi Pidato di PBB: Indonesia Siap Jadi Presiden G-20
Kompas dunia | 23 September 2021, 06:36 WIBNEW YORK, KOMPAS.TV — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia siap menjadi Presiden G-20 tahun depan.
Hal ini disampaikannya secara virtual dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-76 pada Rabu (22/9/2021) waktu New York, Amerika Serikat.
Jokowi mengatakan, inklusivitas dan ekonomi hijau yang berkelanjutan akan menempati urutan teratas selama Kepresidenan G-20 tahun 2022 bertema “Pulihkan Bersama, Pulihkan Lebih Kuat.”
Dia berkomitmen bekerja untuk kepentingan semua, termasuk untuk kelompok rentan yang harus diprioritaskan.
Selain menyerukan negara-negara untuk bekerja sama, ia juga menganjurkan untuk mengatur ulang sumber daya keamanan kesehatan global, seperti pendanaan dan vaksin, serta menetapkan protokol standar kesehatan global.
Baca Juga: Presiden Jokowi akan Pidato di Sidang Majelis Umum PBB, Ini Isu yang Dibawa Indonesia
“Komitmen Indonesia terhadap ketahanan iklim, pembangunan rendah karbon dan teknologi hijau tegas dan jelas,” katanya seperti dikutip dari The Associated Press.
Namun, dia menambahkan bahwa negara-negara berkembang perlu diikutsertakan dalam transformasi proses energi dan teknologi.
Dia menggarisbawahi pentingnya diversifikasi lokasi sentra produksi.
“Pemulihan ekonomi global hanya dapat dicapai jika pandemi terkendali dan negara-negara bergandengan tangan saling membantu,” katanya.
“Indonesia, bersama dengan negara berkembang lainnya akan merangkul investasi yang berkualitas.”
Jokowi juga mengatakan Indonesia mengurangi kebakaran hutan sebesar 82 persen pada 2020, dibandingkan tahun sebelumnya.
Tingkat deforestasi juga turun ke level terendah dalam 20 tahun, katanya.
“Indonesia menyadari posisi strategis kita dalam perubahan iklim. Dengan demikian, kami akan terus bekerja keras untuk memenuhi komitmen kami,” ujarnya.
Sementara perubahan iklim dan ekonomi menjadi bagian penting, Presiden dalam pidatonya juga menyoroti isu-isu terorisme, konflik, dan perang.
Baca Juga: PBB Desak Pemimpin Dunia Tingkatkan Upaya Perangi Perubahan Iklim
“Kekhawatiran tentang marginalisasi perempuan dan kekerasan di Afghanistan, kemerdekaan Palestina yang sulit dipahami, dan krisis politik di Myanmar harus menjadi agenda bersama kita,” katanya.
Pada poin terakhir itu, ia mengulangi seruan para pemimpin ASEAN agar militer Myanmar menyetujui lima poin konsensus yang disepakati di Jakarta.
Konsensus yang dibuat setelah kudeta militer Februari di Myanmar, juga menyebut tentang perlunya memulai dialog yang difasilitasi oleh utusan khusus ASEAN.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Fadhilah
Sumber : Associated Press