> >

Media Internasional Soroti Gajah Wisata di Bali Kelaparan, Disebut Tinggal Kulit dan Tulang

Kompas dunia | 8 Oktober 2021, 17:15 WIB
Media internasional Al-Jazeera menyoroti gajah wisata di Bali yang mengalami kelaparan dan tinggal dibalut kulit dan tulang setelah pariwisata di Bali dihantam wabah Covid-19. (Sumber: Al-Jazeera)

UBUD, KOMPAS.TV - Kondisi gajah wisata di Bali yang kelaparan karena bisnis patriwisata di sana dihantam gelombang Covid-19 mendapat sorotan media internasional.

Adalah Al-Jazeera yang yang mengungkapkan kondisi menyedihkan gajah-gajah tersebut.

Mereka bahkan menaikan judul gajah-gajah kelaparan hingga tinggal kulit dan tulang.

Kondisi tersebut menimpa gajah di Bali Elephant Camp (BEC), sebuah taman safari yang berada di sebelah utara Ubud.

Baca Juga: Seram, Pasangan Ini Beli Rumah Bagus dan Murah, Ternyata Berhantu dan Inspirasi Film The Exorcist

Pada 2005, BEC bergabung dengan program konservasi yang dijalankan oleh Kementerian Perhutanan yang mempercayakan kebun binatan dan taman safari milik swasta di Indonesia untuk merawat gajah Sumatera yang terancam punah.,

Meski sebelumnya menjadi salah satu tempat wisata terkenal di Bali, wabah Covid-19 yang melanda dunia membuat BEC mengalami penurunan pengunjung.

Hal itu karena mereka dipaksa untuk tutup demi mencegah penyebaran Covid-19 di seluruh dunia.

Akibatnya, selain gajah yang kelaparan para staf pun tak digaji.

Berdasarkan foto yang diperlihatkan oleh Al-Jazeera, yang berasal dari dokter hewan di taman itu pada Mei, telihat sejumlah gajah malnutrisi.

“Anda tak bisa membayangkan gajah yang kurus sehingga Anda melihat salah satunya,” tutur Femke Den Haas, seorang dokter hewan dari Belanda yang sudah bekerja melindungi satwa liar di Indonesia selama 20 tahun.

“Mereka adalah hewan yang besar dan Anda seharusnya tak melihat tulang mereka. Tetapi itulah mereka sekarang, hanya kulit dan tulang,” tambahnya.

Haas mengunjungi kamp itu sebagai partner dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam Bali (BKSDA).

“Banyak industri di Bali kolaps sebagai hasil dari wabah Covid-19,” tutur Direktur BKSDA, Agus Budi Santosa.

Baca Juga: Jatuh dari Tangga setelah Tersandung Sepatu Istri, Suami Menggugat Pasangannya

“Tetapi dampaknya bagi perusahaan kecil seperti BEC sangat parah.” Tambahnya.

Ia mengungkapkan mereka tak mampu lagi menutupi biaya operasional, terutama biaya memberi makan gajah.

Menurutnya pemerintah harus membantu mereka dengan membayar makanan dan listrik.

Al-Jazeera pun mengatakan saat mereka mencoba menghubungi BCE, teleponnya sudah tak tersambung.

Haas sendiri mengatakan bahwa dirinya tak lagi mengurusi gajah-gajah itu, karena BEC mengatakan sudah tak ada pengunjung lagi.

Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Al-Jazeera


TERBARU