> >

Terungkap, Kakak Kim Jong-Un yang Tewas Dibunuh Ternyata Informan Intelijen Korsel

Kompas dunia | 21 Oktober 2021, 15:07 WIB
Kim Jong-nam, kakak Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang dibunuh pada 2017, ternyata informan intelijen Korea Selatan. (Sumber: Shizuo Kambayashi/AP, FILE)

SEOUL, KOMPAS.TV - Kakak dari Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang tewas dibunuh, Kim Jong-nam, dikabarkan sebagai informan intelijen Korea Selatan.

Seperti dilaporkan oleh media penyiaran Korea Selatan, SBS, Kim Jong-nam selama ini kerap memberikan informasi kepada intelijen Korea Selatan.

Kim Jong-nam yang merupakan putra tertua mantan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il.

Ia dibunuh menggunakan racun saraf VX saat berada di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Februari 2017.

Baca Juga: Pria Ini Hapus Sensor di Film Panas Pakai Kecerdasan Buatan untuk Dijual Lagi

Kim Jong-un disebut-sebut sebagai yang memerintahkan pembunuhan kakaknya itu.

Kim Jong-nam sendiri bukanlah sosok yang disegani di Korea Utara.

Ia pun dipaksa hidup dalam pengasingan, setelah sebelumnya sempat tertangkap membawa paspor palsu saat ke Disneyland, Tokyo, Jepang.

Kim Jong-nam juga tak begitu disukai pihak pemerintah Korea Utara, karena diyakini akan melakukan sejumlah perubahan yang cenderung membuka negara itu, jika dirinya yang naik sebagai pemimpin Korea Utara.

Selain itu sebelumnya sempat beredar rumor Kim Jong-nam memiliki koneksi dengan CIA.

Menurut SBS, pejabat Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) mengklaim telah menggunakan Kim Jong-nam untuk mengumpulkan informasi di Korea Utara.

Baca Juga: Dengarkan Saran Dokter, Ratu Elizabeth Ambil Waktu Istirahat

Informasi tersebut antara lain mengenai kesehatan Kim Jong-un dan ambisi saudaranya terkait senjata nuklir.

“Kim telah memberikan NIS informasi mengenai keadaan pemerintahan dan kekuatan para pejabat tinggi rezim, termasuk Kim Jong-un, selama lima atau enam tahun sebelum kematian,” bunyi laporan SBS dikutip dari National Post.

Mereka menambahkan bahwa Kim Jong-nam sempat mencari kemungkinan untuk mendapatkan suaka ke Korea Selatan.

Namun, pihak Korea Selatan sendiri berusaha menghindarkan kemungkinan itu, karena dianggap akan menjadi sandungan dalam hubungan inter-Korea.

Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti

Sumber : National Post


TERBARU