> >

Bertaruh Nyawa demi Cinta Beda Agama di Tengah Kekuasaan Nasionalis Hindu India

Kompas dunia | 30 November 2021, 22:59 WIB
Aktivis berdemonstrasi tentang pembunuhan Arbaz Mullah, seorang pria yang dibunuh karena cinta beda agama di Belagavi, Karnataka, India. Foto diambil pada 6 Oktober 2021. (Sumber: Aijaz Rahi/Associated Press)

Pembunuhan Mullah bermula dari terungkapnya hubungan dengan Kumbhar. Ia mulai mendapatkan telepon-telepon ancaman. Mulanya dari keluarga Kumbhar, lalu dari kelompok garis keras Sri Ram Sena Hindustan.

Kelompok ini memeras Mullah dan memaksanya memutuskan hubungan dengan Kumbhar.

Meskipun demikian, sepasang kekasih ini nekat bertemu. Mereka mulai ketemuan diam-diam di daerah perdesaan.

Nahasnya, pihak keluarga Kumbhar mengetahui hubungan rahasia tersebut. Mullah pun dipanggil untuk bertemu kelompok Sri Ram Sena Hindustan.

Menurut penyelidikan aparat, anggota Sri Ram Sena Hindustan memukuli Mullah dengan pentungan, lalu memutilasinya menggunakan pisau.

Baca Juga: Angka Kasus Meningkat, Indonesia Darurat Kekerasan Seksual Pada Anak!

Polisi kemudian menangkap sepuluh orang terkait kasus ini. Orang tua Kumbhar juga ditangkap. Menurut polisi, mereka mengaku telah membayar para pembunuh.

Di lain pihak, petinggi Sri Ram Sena Hindustan membantah anggotanya telah membunuh Mullah. Mereka justru beranggapan bahwa sedang diusik karena “bekerja untuk kemuliaan Hindu.”

Tren cinta beda agama memang mulai diterima di India. Namun, itu hanya terjadi di kota besar seperti New Delhi dan Mumbai.

Sementara di daerah pinggiran seperti Karnataka, hubungan beda agama masih teramat tabu dan kekerasan terhadap Muslim meningkat.

Sentimen tersebut justru diakomodasi oleh BJP. Sejumlah daerah yang dikuasai BJP mulai memberlakukan peraturan yang mengekang cinta beda agama.

Salah satunya adalah negara bagian Uttar Pradesh. Pasangan beda agama yang hendak menikah diwajibkan melapor dua bulan sebelum akad.

Kemudian, pasangan akan dipantau apakah terjadi perpindahan agama. Jika pengadilan menemukan bahwa salah satu pihak pindah agama karena paksaan, maka pasangannya bisa dipenjara hingga 10 tahun.

Kalangan aktivis mengkritik kebijakan semacam itu sebagai langkah BJP mengobarkan ketakutan palsu.

Sejauh ini, di India, mayoritas masyarakat masih menganggap pernikahan beda agama terlarang. 

Menurut survei Pew Research Center pada 2020, sepertiga responden Hindu mengaku akan menghalangi pernikahan beda agama di keluarganya. Di kalangan Muslim, jumlah yang menolak mencapai 80 persen.

Kampanye nasionalis Hindu dan maraknya kasus kekerasan turut menghambat keterbukaan terhadap pernikahan beda agama, terutama di daerah rural.

Pemerintahan PM Narendra Modi selama ini dituduh diam saja atas kekerasan terhadap minoritas. Era Modi bukanlah kabar baik bagi pasangan beda agama seperti Mullah dan Kumbhar.

“Mencintai seseorang bukanlah kejahatan. Itu terjadi begitu saja. Tidak ada yang bisa merencanakannya,” kata Hyder Khan, sahabat Mullah.

“Namun sangat sulit pada masa ini sebagai Muslim yang jatuh cinta dengan seseorang beragama lain,” imbuhnya.

Baca Juga: Percobaan Mengejutkan Pegawai Facebook di India: Algoritma Tuntun Pengguna kepada Konten Menghasut

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU