Dari Problem Dana hingga Geng Bersenjata: Alasan Nigeria Sulit Rampungkan Program Vaksinasi
Kompas dunia | 7 Desember 2021, 20:35 WIBKUJE, KOMPAS.TV - Nigeria berambisi memvaksinasi 55 juta dari total populasi 206 juta dua bulan ke depan. Namun, berbagai keterbatasan membuat program vaksinasi terhadap Covid-19 di negara ini berjalan lambat.
Terdapat banyak hal yang menghambat kelancaran program vaksinasi Nigeria. Di antaranya adalah keterbatasan dana, sulitnya akses, minimnya informasi, serta gangguan geng bersenjata.
Di tengah dan barat laut Nigeria, distribusi vaksin terganggu oleh kekerasan kelompok bersenjata. Milisi telah membunuh ratusan orang tahun ini dan menculik ribuan lainnya, meminta uang tebusan.
Sementara di daerah yang tak terganggu kekerasan, distribusi vaksin terhalang akses transportasi dan pembayaran tenaga kesehatan yang mengirimkan vaksin.
Banyak tenaga kesehatan diminta bekerja hingga akhir pekan, tetapi nyaris tak mendapat bayaran.
Baca Juga: Baru Kembali dari Nigeria, Suami-Istri di Prancis Tak Idap Gejala Covid-19 saat Positif Omicron
Di pusat kesehatan Sabo, Kuje, sekitar 40 kilometer selatan Abuja, baru dua tenaga kesehatan yang sudah diberi kompensasi. Mereka mendapat 10.000 naira Nigeria atau sekitar 350.000 rupiah untuk tiga bulan.
“Mereka (pemerintah) tidak akan membayar uangnya hingga orang-orang selesai bekerja, dan tidak ada uang untuk bepergian dari satu titik ke titik lainnya,” kata Rilwanu Muhammad, pejabat pemerintah yang mengawasi vaksinasi di negara bagian Bauchi.
Yunusa Bawa, petugas yang tiap hari mengantarkan vaksin ke desa-desa, terpaksa menggunakan sumber daya pribadi. Ia menggunakan sepeda motor sendiri. Apabila dibayar, jumlahnya pun hampir tak cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin.
Sehari-hari Bawa pergi ke desa-desa langsung ke rumah warga. Cara ini dianggap paling efektif agar warga bersedia divaksin.
“Ketika Anda menemui mereka di rumah, tidak ada masalah. Semua orang akan menerimanya (vaksin),” kata tenaga kesehatan berusia 39 tahun itu.
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press