> >

Peru Deklarasikan Darurat Lingkungan di Wilayah Pesisir yang Terkena Tumpahan Minyak

Kompas dunia | 23 Januari 2022, 06:30 WIB
Peru hari Sabtu (22/1/2022) mengumumkan darurat lingkungan di sepanjang pantai yang dilanda tumpahan minyak akibat gelombang aneh dari letusan gunung berapi di Pasifik Selatan (Sumber: Straits Times)

LIMA, KOMPAS.TV - Peru per Sabtu (22/1/2022) kemarin mengumumkan 'darurat lingkungan' di sepanjang pantai yang dilanda tumpahan minyak akibat gelombang aneh dari letusan gunung berapi di Pasifik Selatan.

Seperti dilansir Straits Times, Minggu, (23/1), keputusan Peru berlaku 90 hari, dan merencanakan pengelolaan berkelanjutan terhadap 21 pantai yang tertutup 6.000 barel minyak bumi yang tumpah dari kapal tanker saat membongkar muatan di kilang pada Sabtu kemarin.

Kecelakaan itu terjadi setelah letusan gunung berapi bawah laut yang sangat dahsyat di dekat negara Tonga, melepaskan gelombang tsunami di sekitar Pasifik hingga Amerika Serikat (AS).

Di Peru tumpahan minyak di dekat Lima telah mengotori pantai, membunuh burung dan merugikan industri perikanan dan pariwisata.

Pemerintah menuntut pembayaran ganti rugi dari raksasa energi Spanyol yang memiliki kilang tersebut.

Kementerian Lingkungan Peru juga mengatakan 174 hektar atau setara 270 lapangan sepak bola, wilayah laut, pantai, dan cagar alam terkena dampak tumpahan minyak bumi.

Petugas saat ini terus berupaya membersihkan tumpahan tersebut.

Baca Juga: Puluhan Pantai di Peru Tercemar Minyak Dampak Letusan Gunung Berapi di Tonga

Seorang pekerja membersihkan Pantai Conchitas yang terkontaminasi tumpahan minyak, di Ancon, Peru, Kamis, 20 Januari 2022. Peru hari Sabtu (22/1/2022) mengumumkan darurat lingkungan di sepanjang pantai yang dilanda tumpahan minyak akibat gelombang aneh dari letusan gunung berapi di Pasifik Selatan (Sumber: Foto AP/Martin Mejia)

Saat mendeklarasikan keadaan darurat pada hari Sabtu, kementerian lingkungan Peru mengatakantumpahan itu merupakan peristiwa tiba-tiba yang berdampak signifikan pada ekosistem laut pesisir, yang memiliki keanekaragaman hayati utama.

Dikatakan dalam jangka pendek Repsol bertanggung jawab atas operasi pembersihan darurat. Kilangnya berada di kota Ventanilla dekat Lima.

Repsol mengatakan tumpahan terjadi karena gelombang aneh yang disebabkan oleh letusan di Pasifik.

Namun, perusahaan tersebut berargumen mereka tidak bertanggung jawab atas tumpahan tersebut, karena mengatakan mereka tidak mendapat peringatan dari pemerintah Peru bahwa mungkin ada arus air laut yang deras dari ledakan bawah laut dari arah Tonga.

Pekan lalu para nelayan dan masyarakat lokal lainnya yang hidup dari laut dan pariwisata melakukan protes atas hilangnya mata pencaharian mereka secara tiba-tiba.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Straits Times


TERBARU