> >

Dituding Inggris Ingin Dongkel Pemerintahan Ukraina, Rusia: Berhenti Sebarkan Omong Kosong!

Kompas dunia | 23 Januari 2022, 20:05 WIB
Pasukan teritorial Ukraina dari berbagai lapisan dan usia, bagian dari tentara cadangan, sedang dilatih di Kiev, Ukraina. Kemenlu Rusia, Minggu (23/1/2022), membantah tudingan Inggris bahwa Rusia ingin mendongkel pemerintahan Ukraina dan menggantinya dengan yang pro Moskow. (Sumber: AP Photo/Efrem Lukatsky)

MOSKOW, KOMPAS TV — Kementerian Luar Negeri Rusia, Minggu (23/1/2022), menolak mentah-mentah tudingan Inggris bahwa Rusia berusaha mengganti pemerintah Ukraina dengan pemerintahan pro Moskow.

Rusia juga membantah bahwa mantan anggota parlemen Ukraina, Yevheniy Murayev, yang pro Moskow, sedang dipertimbangkan sebagai calon potensial presiden Ukraina, seperti dilansir Associated Press, Minggu.

Kantor Luar Negeri Inggris, Sabtu (22/1/2021), juga menyebutkan beberapa politisi Ukraina lain yang dituding punya hubungan dengan dinas intelijen Rusia, bersama dengan Murayev yang merupakan pemimpin partai kecil pro-Rusia yang tidak memiliki kursi di parlemen.

Pemerintah Inggris membuat klaim berdasarkan penilaian intelijen, tanpa memberikan bukti untuk mendukung tudingan tersebut, yang muncul di tengah ketegangan tinggi antara Moskow dan Barat atas rencana Rusia terhadap Ukraina.

“Disinformasi yang disebarkan oleh Kantor Luar Negeri Inggris adalah bukti yang lebih banyak, bahwa negara-negara NATO lah, yang dipimpin oleh Anglo-Saxon, yang meningkatkan ketegangan di sekitar Ukraina,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova di aplikasi pesan Telegram, Minggu.

“Kami mendesak Kemenlu Inggris menghentikan kegiatan provokatif, dan berhenti menyebarkan omong kosong,” Zakharova.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan informasi itu “menyoroti sejauh mana aktivitas Rusia yang dirancang untuk menumbangkan Ukraina, dan merupakan wawasan atas alam pemikiran Kremlin.”

Truss mendesak Rusia “mengurangi ketegangan, mengakhiri kampanye agresi dan disinformasi, dan mengejar jalur diplomasi,” seraya menegaskan kembali pandangan Inggris, “setiap serangan militer Rusia ke Ukraina akan menjadi kesalahan strategis besar-besaran dengan (konsekuensi) biaya besar.”

Inggris mengirim senjata anti-tank ke Ukraina sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pertahanannya terhadap potensi serangan Rusia.

Baca Juga: Inggris Tuding Kremlin Berencana Ganti Presiden Ukraina yang Pro-Rusia

Seorang instruktur melatih anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina, unit militer sukarelawan Angkatan Bersenjata, di sebuah taman kota di Kyiv, Ukraina, Sabtu, 22 Januari 2022. (Sumber: AP Photo/Efrem Lukatsky)

Di tengah upaya diplomatik untuk meredakan krisis, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace diperkirakan akan bertemu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu untuk pembicaraan di Moskow.

Belum ada tanggal yang ditentukan untuk pertemuan itu, yang akan menjadi pembicaraan pertahanan bilateral pertama Inggris-Rusia sejak 2013.

Amerika Serikat melakukan kampanye agresif dalam beberapa bulan terakhir untuk menyatukan sekutu Eropanya melawan dugaan rencana invasi Rusia ke Ukraina.

Gedung Putih menyebut penilaian pemerintah Inggris "sangat memprihatinkan" dan mengatakan Amerika Serikat mendukung pemerintah Ukraina yang terpilih.

"Perencanaan semacam ini sangat memprihatinkan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Emily Horne.

“Rakyat Ukraina memiliki hak berdaulat untuk menentukan masa depan mereka sendiri, dan kami mendukung mitra kami yang terpilih secara demokratis di Ukraina.”

Penilaian itu dilakukan ketika Presiden Amerika Serikat Joe Biden menghabiskan hari Sabtu berkumpul dengan tim keamanan nasional seniornya membahas situasi Ukraina di tempat tetirah presiden Amerika Serikat di Camp David di luar Washington.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, diskusi itu termasuk upaya untuk meredakan situasi dengan langkah-langkah diplomasi dan pencegahan yang dikoordinasikan secara erat dengan sekutu dan mitra, termasuk bantuan keamanan ke Ukraina.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU