> >

Uni Afrika Bekukan Keanggotaan Burkina Faso Menyusul Kudeta Militer di Negara Afrika itu

Kompas dunia | 1 Februari 2022, 02:05 WIB
Polisi Burkina Faso sedang berjaga. Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika yang beranggotakan 15 orang, hari Senin (31/1/2022) mengatakan mereka memilih "untuk membekukan partisipasi Burkina Faso dalam semua kegiatan Uni Afrika sampai pemulihan tatanan konstitusional yang efektif di negara itu".(Sumber: Associated Press)

ADDIS ABABA, KOMPAS.TV - Uni Afrika mengumumkan pembekuan keanggotaan Burkina Faso sebagai tanggapan atas kudeta 24 Januari yang menggulingkan Presiden Roch Marc Christian Kaboré.

Dilansir France24, Senin (31/1/2022), Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika yang beranggotakan 15 orang, memutuskan untuk membekukan partisipasi Burkina Faso dalam semua kegiatan Uni Afrika sampai pemulihan tatanan konstitusional yang efektif di negara itu.

Moussa Faki Mahamat, Ketua Komisi Uni Afrika, mengutuk kudeta yang dilakukan junta militer setelah secara resmi mengumumkan menggulingkan Kaboré.

Kudeta Burkina Faso adalah gejolak terbaru yang menyerang negara miskin. Negara yang terkurung daratan ini telah menderita ketidakstabilan kronis sejak memeroleh kemerdekaan dari Prancis pada 1960.

Pemimpin kudeta, Letnan Kolonel Paul-Henri Damiba, belum menetapkan batas waktu untuk kembalinya Burkina Faso ke tatanan konstitusional selain janji samar untuk melakukannya ketika kondisinya tepat.

Pemberontakan mereka, yang mengaku sebagai kelompok garis keras Islam, menewaskan lebih dari 2.000 orang dan memaksa 1,5 juta orang meninggalkan rumah mereka sejak 2015.

Antara 2015 dan 2018, serangan teroris menargetkan ibu kota Ouagadougou dan pusat kekuasaan lainnya.

Baca Juga: Pemerintah Burkina Faso Bantah Terjadi Kudeta usai Terdengar Rentetan Tembakan di Barak Militer

Tentara berdiri di luar pangkalan militer di ibukota Burkina Faso, Ouagadougou, Minggu 23 Januari 2022. Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika memilih untuk membekukan partisipasi Burkina Faso dalam semua kegiatan Uni Afrika sampai pemulihan tatanan konstitusional yang efektif di negara itu. (Sumber: AP Photo/Sam Mednick)

Sejak 2019, serangan oleh unit tempur bergerak dari kelompok garis keras itu menargetkan sebagian besar zona pedesaan di utara dan timur negara itu, memicu perpindahan massal dan kekerasan antarkomunal.

Sekitar 2.000 orang tewas, banyak di antaranya warga sipil, tentara maupun sukarelawan tentara yang dibentuk pada tahun 2020.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : France24


TERBARU