> >

Putin Pergi ke Beijing Hadiri Olimpiade Musim Dingin, sementara Krisis Ukraina Masih Panas

Kompas dunia | 3 Februari 2022, 22:44 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin pergi ke Beijing untuk pembukaan olimpiade musim dingin dan pembicaraan bilateral dengan China, di tengah panasnya situasi sepanjang perbatasan Ukraina. (Sumber: Ramil Sitdikov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP, File)

Dia mengatakan, Moskow dan Beijing berencana mengeluarkan pernyataan bersama tentang hubungan internasional yang akan mencerminkan pandangan bersama tentang keamanan global dan masalah lainnya. Selain itu, para pejabat  kedua negara akan menandatangani lebih dari selusin perjanjian tentang perdagangan, energi, dan lainnya.

Ushakov mencatat, Moskow dan Beijing memiliki pendirian yang dekat atau identik dalam sebagian besar masalah internasional. Dia secara khusus menekankan bahwa China mendukung Rusia dalam kebuntuan saat ini atas Ukraina.

“Beijing mendukung tuntutan Rusia untuk jaminan keamanan, dan kedua negara berbagi pandangan bahwa keamanan satu negara tidak dapat dijamin dengan melanggar keamanan negara lain,” kata Ushakov dalam panggilan konferensi dengan wartawan.

Penumpukan lebih dari 100.000 tentara Rusia di dekat Ukraina memicu kekhawatiran Barat bahwa Moskow siap untuk menyerang tetangganya.

Rusia membantah merencanakan serangan, tetapi mendesak Amerika Serikat dan sekutunya untuk memberikan jaminan yang mengikat bahwa NATO tidak akan memperluas diri ke Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya.

Selain itu, Rusia menuntut Barat berhenti menyebarkan senjata dan menarik kembali pasukannya dari Eropa Timur, tuntutan yang ditolak dengan tegas oleh Barat.

Baca Juga: Tak Kirim Pasukan AS ke Ukraina, Biden Malah Tambah 2.000 Tentara di Polandia dan Jeman

Pengunjung Chongli, salah satu tempat Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin pergi ke Beijing untuk pembukaan olimpiade musim dingin dan pembicaraan bilateral dengan China, ditengah panasnya situasi sepanjang perbatasan Ukraina. (Sumber: AP PHOTO/NG HAN GUAN)

Beberapa pengamat melihat Beijing sedang mengamati dengan cermat bagaimana Amerika Serikat dan sekutunya bertindak dalam kebuntuan atas Ukraina karena merenungkan strategi lebih lanjut atas perkara Taiwan, dengan alasan keragu-raguan oleh Washington bisa mendorong China untuk bertindak lebih tegas.

Putin pada Selasa menuduh Amerika Serikat dan sekutunya menghalangi tuntutan keamanan Rusia walau tetap membuka pintu untuk pembicaraan lebih lanjut.

Dalam argumentasinya, Putin mengatakan, ekspansi NATO ke arah Timur dan tawaran keanggotaan potensial ke Ukraina merusak keamanan Rusia dan melanggar perjanjian internasional yang mendukung "keamanan yang tidak dapat dipisahkan," sebuah prinsip yang berarti bahwa keamanan satu negara tidak boleh diperkuat dengan mengorbankan keamanan negara yang lain.

Pemimpin Rusia memperingatkan jika Barat menolak untuk mengindahkan tuntutan Rusia, dia dapat memerintahkan “langkah teknis militer” yang belum ditentukan.

Selain invasi penuh di Ukraina yang ditakuti Barat, Putin dapat mempertimbangkan opsi lainnya untuk mengeskalasi situasi, termasuk meningkatkan hubungan militer yang sudah luas dengan China.

Rusia dan China mengadakan serangkaian latihan perang bersama, termasuk latihan angkatan laut dan patroli oleh pesawat pengebom jarak jauh di atas Laut Jepang dan Laut China Timur.

Pada bulan Agustus, pasukan Rusia untuk pertama kalinya dikerahkan ke wilayah China untuk manuver bersama.

Meskipun Moskow dan Beijing di masa lalu menolak kemungkinan membentuk aliansi militer, Putin mengatakan prospek seperti itu tidak dapat dikesampingkan.

Dia juga telah mencatat Rusia telah berbagi teknologi militer yang sangat sensitif dengan China yang membantu secara signifikan untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU