> >

Majelis Umum PBB Tekan Rusia Segera Hentikan Perang di Ukraina

Krisis rusia ukraina | 1 Maret 2022, 09:02 WIB
Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya muncul di layar, saat Duta Besar Ukraina untuk PBB Duta Besar Ukraina Sergiy Kyslytsya berpidato di sesi darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Senin, 28 Februari 2022. (Sumber: Associated Press)

NEW YORK, KOMPAS.TV — Para duta besar dari puluhan negara mendukung proposal yang menuntut agar Rusia menghentikan serangannya terhadap Ukraina, Senin (28/2/2022). Dukungan ini terjadi ketika Majelis Umum PBB mengadakan sesi darurat yang jarang terjadi.

"Jika Ukraina tidak bertahan, perdamaian internasional tidak akan bertahan," kata Duta Besar Ukraina Sergiy Kyslytsya pada pertemuan darurat pertama sejak tahun 1997 ini. 

"Jangan berangan-angan. Jika Ukraina tidak bertahan, kita tidak akan terkejut jika demokrasi adalah yang berikutnya akan gagal,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.

Dengan meningkatnya kekhawatiran global, kedua badan utama PBB — yaitu majelis yang terdiri dari 193 negara dan Dewan Keamanan— mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengadakan pertemuan perang yang dijadwalkan secara simultan dan tergesa-gesa. 

Baca Juga: Presiden Ukraina Kecam Serangan Rusia di Tengah Proses Negosiasi Belarus

Di Jenewa, Dewan Hak Asasi Manusia PBB memilih untuk mengadakan sesi terpisah yang juga mendesak.

Ketegangan pun mewarnai pertemuan ini, ketika sidang dibuka dengan berita bahwa Amerika Serikat mengusir 12 diplomat Rusia di PBB yang dituduh Washington sebagai mata-mata.

“Senjata sedang berbicara sekarang, tetapi jalan dialog harus selalu tetap terbuka,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada majelis. “Kami membutuhkan kedamaian sekarang,” katanya.

Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia mengulangi pernyataan negaranya bahwa "operasi militer khusus" untuk membela dua daerah yang memisahkan diri di Ukraina timur telah disalahartikan.

“Tindakan Rusia sedang terdistorsi dan digagalkan,” keluhnya. Rusia telah berulang kali berusaha menyalahkan Ukraina karena menganggap Ukraina melakukan pelanggaran terhadap warga yang menggunakan bahasa Rusia di daerah timur.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU