> >

Rusia Marah ke Turki karena Jual Drone Canggih ke Ukraina, Jawaban Ankara Mengejutkan

Krisis rusia ukraina | 9 April 2022, 15:30 WIB
Drone Bayraktar. Drone buatan Turki ini yang membuat Rusia marah kepada negara tersebut karena Turki sudah menjual pesawat intai tanpa awak itu ke Ukraina. (Sumber: Pravda.ru)

ANKARA, KOMPAS.TV - Rusia marah dan mengajukan keluhan kepada Turki karena telah menjual drone canggih Bayraktar TB2 ke Ukraina.

Hal itu diungkapkan oleh birokrat tingkat tinggi Turki, Jumat (8/4/2022).

Tetapi birokrat tersebut memberikan jawaban mengejutkan, bahwa penjualan itu dilakukan perusahaan swasta Turki, bukan hasil kerja sama antarnegara.

“Rusia marah dan dari waktu ke waktu mereka mengeluhkan mengenai penjualan drone. Mereka biasa mengeluh, dan kini mengeluh lagi,” ujar birokrat tersebut dikutip dari Al-Arabiya.

Baca Juga: Pengakuan Pegawai Chernobyl saat Disandera Tentara Rusia, Ketakutan Terjadinya Bencana Nuklir

“Tetapi kami telah memberikan jawaban, bahwa ini adalah perusahaan swasta dan pembelian drone ini dilakukan sebelum perang juga,” tambahnya.

Firma pertahanan Turki, Baykar disebut telah menjual drone itu ke Kiev, meski Rusia telah mengungkapkan keberatannya.

Selain itu, perusahaan tersebut juga sudah menandatangani perjanjian untuk melakukan produksi drone lebih banyak sebelum penyerangan.

Drone Bayraktar TB2 menjadi salah satu alat yang digunakan Ukraina untuk menghadapi serangan Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin, mengirim pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari lalu, atas apa yang disebutnya sebagai operasi militer khusus.

Turki diketahui memiliki hubungan yang erat dengan Rusia untuk energi, pertahanan dan perdagangan.

Selain itu, Turki juga mengandalkan pemasukan dari para wisatawan Rusia.

Meski merupakan anggota NATO, Turki tetap berusaha memanfaatkan hubungan baiknya dengan Rusia agar perdamaian bisa terjadi di Ukraina.

Baca Juga: Putin Ganti Komandan Serangan Rusia ke Ukraina, Kini Dipimpin Jenderal yang Bertugas di Suriah

Mereka bahkan menjadi tempat penyelenggaraan pembicaraan damai, dan tengah berusaha untuk mempertemukan Putin dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Meski mendukung Ukraina dan mengkritik penyerangan Rusia, Turki juga menentang sanksi yang diberikan Barat ke Moskow.

Ia menegaskan saluran komunikasi tetap harus terbuka dan menimbulkan keraguan atas efektivitas dari pemberian sanksi.

Turki juga menentang kebijakan Rusia di Suriah dan Libya, serta aneksasi Krimea pada 2014 silam.

Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada

Sumber : Al-Arabiya


TERBARU