> >

Perdana Menteri Sri Lanka Minta Pengunjuk Rasa Berhenti Memintanya Mundur

Kompas dunia | 12 April 2022, 08:24 WIB
Warga Sri Lanka meneriakkan slogan-slogan anti pemerintah memblokir pintu masuk ke kantor presiden selama protes di Kolombo, Sri Lanka, Senin, 11 April 2022, menuntut keluarga Rajapaksa mundur dari pemerintahan (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena)

KOLOMBO, KOMPAS.TV — Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa, hari Senin, (11/4/2022) menyerukan diakhirinya protes yang meminta pengunduran dirinya atas penanganan krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa, dengan mengatakan pemerintahnya meluncurkan rencana untuk membangun kembali negara itu, seperti dilansir Associated Pers, Selasa (12/4/2022).

Dalam pidato yang disiarkan televisi ke seluruh negeri, Mahinda meminta kesabaran dan mengatakan kepada para pengunjuk rasa bahwa “setiap detik” yang dihabiskan untuk berdemonstrasi di jalan-jalan menghilangkan peluang untuk menerima mata uang asing yang penting.

Para pengunjuk rasa, sementara itu, terus menduduki pintu masuk kantor presiden pada hari ketiga, Senin, (11/4/2022) menuntut dia mundur.

Negara kepulauan di Samudra Hindia itu berada di ambang kebangkrutan, dibebani dengan cadangan devisa yang semakin menipis dan utang luar negeri senilai 25 miliar dollar yang harus dibayar kembali selama lima tahun ke depan.

Hampir 7 miliar dollar akan jatuh tempo tahun ini. Pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional IMF diharapkan terjadi akhir bulan ini, dan pemerintah beralih pinjaman darurat ke China dan India untuk membeli makanan dan bahan bakar.

Selama berbulan-bulan, rakyat Sri Lanka mengantri panjang untuk membeli bahan bakar, gas untuk memasak, makanan dan obat-obatan, yang sebagian besar datang dari luar negeri dan dibayar dengan mata uang keras. Kekurangan bahan bakar menyebabkan pemadaman listrik bergilir selama beberapa jam sehari.

Baca Juga: Presiden Sri Lanka Menyatakan Tidak Bersedia Mundur, akan Hadapi Krisis Politik dan Ekonomi

Warga Sri Lanka meneriakkan slogan-slogan anti pemerintah memblokir pintu masuk ke kantor presiden selama protes di Kolombo, Sri Lanka, Senin, 11 April 2022. (Sumber: AP Photo/Eranga Jayawardena)

Rajapaksa menyalahkan krisis valuta asing pada pembatasan Covid-19 dan hilangnya pendapatan pariwisata yang penting.

“Kami memulai program besar untuk mengatasi krisis yang kita hadapi saat ini. Setiap detik yang dihabiskan oleh presiden dan pemerintah ini menghabiskan jalan yang melelahkan untuk membangun kembali negara kita,” katanya.

“Teman-teman, setiap detik Anda memprotes di jalanan, negara kita kehilangan kesempatan untuk menerima potensi dolar,” katanya.

Sebagian besar kemarahan yang diungkapkan oleh pengunjuk rasa yang berkembang selama berminggu-minggu menyasar keluarga Rajapaksa, yang berkuasa dua dekade terakhir.

Para pengkritik menuduh keluarga itu meminjam banyak uang untuk membiayai proyek-proyek yang tidak menghasilkan uang, seperti fasilitas pelabuhan yang dibangun dengan pinjaman China.

Pendukung pemrotes yang berkemah menyediakan air minum, makanan, dan teh sementara ambulans dan dokter berjaga untuk menangani keadaan darurat kesehatan apa pun.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU