> >

Filipina Jelang Pemungutan Suara, Inilah Kandidat yang Bersaing Sengit

Kompas dunia | 8 Mei 2022, 19:50 WIB
Leni Robredo, salah satu kandidat paling unggul pemilihan presiden Filipina yang akan dilaksanakan hari Senin, (9/5/2022). (Sumber: AP Photo/Aaron Favila)

MANILA, KOMPAS.TV — Lebih dari tiga dekade setelah pemberontakan People Power yang berlangsung sebagian besar secara damai menggulingkan diktator Filipina Ferdinand Marcos, putranya yang memiliki nama sama, muncul sebagai unggulan utama dalam pemilihan presiden yang akan dilaksanakan pada Senin, (9/5/2022).

Hal itu berdasarkan sebagian besar survei preferensi pemilih, seperti laporan Associated Press, Minggu (8/5/2022).

Berikut adalah beberapa fakta kunci tentang isu-isu utama, kandidat utama, dan masalah dalam pemilu presiden di Filipina.

Apa yang dipertaruhkan?

Jika Ferdinand Marcos Jr. menang, itu akan menjadi pembalikan menakjubkan dari pemberontakan pro-demokrasi 1986 yang mendepak ayahnya dari jabatannya hingga jatuh ke jurang keterpurukan global.

Banyak orang Filipina mengingat kekejaman dan penjarahan hak asasi manusia yang terjadi di bawah kediktatoran mendiang Ferdinand Marcos.

Bahkan kemungkinan akan melawan setiap apapun yang dirasakan menjadi ancaman terhadap demokrasi, atau upaya Marcos Jr. untuk memulihkan aset keluarganya yang disita negara sebagai kekayaan haram.

Pemenang pemilu presiden kali ini akan mewarisi masalah besar, termasuk ekonomi yang terpukul oleh pandemi virus corona, kemiskinan, dan pengangguran yang lebih dalam, hiperinflasi karena meroketnya harga minyak dan gas, pemberontakan puluhan tahun, serta perpecahan politik yang tajam.

Presiden Filipina yang akan mengakhiri masa jabatan, Rodrigo Duterte, juga kemungkinan akan menghadapi panggilan pengadilan yang akan menuntut dia atas tindakan keras berdarahnya terhadap mereka yang dianggap tersangkut narkoba dan obat-obatan terlarang. 

Kebijakan Duterte telah menewaskan ribuan tersangka yang sebagian besar miskin dan mengkhawatirkan masyarakat internasional.

Pengadilan Kriminal Internasional telah menyelidiki pembunuhan tersebut sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Baca Juga: Menyusul Hilangnya Puluhan Pekerja, Presiden Filipina Rodrigo Duterte Larang Sabung Ayam Online

Massa raksasa kandidat Leni Robredo yang bersaing dengan Ferdinand Marcos Jr. memperebutkan kursi presiden Filipina. Besok, Senin, (9/5/2022) rakyat Filipina akan ke tempat pemungutan suara dalam pemilu nasional yang diantaranya memilih presiden baru. (Sumber: Aaron Favila)

Ferdinand Marcos Jr. (Bongbong)

Seorang mantan gubernur provinsi, anggota kongres dan senator, putra berusia 64 tahun dari mendiang diktator melakukan upaya paling mengesankan dari keluarga Marcos untuk merebut kembali kursi kepresidenan.

Ibunya, Imelda Marcos, dua kali gagal mencoba merebut kembali kursi kekuasaan setelah kembali dengan anak-anaknya ke Filipina dari pengasingan di Amerika Serikat, di mana suaminya meninggal pada 1989.

Marcos Jr. membela warisan ayahnya dan dengan tegas menolak untuk meminta maaf dan mengakui kekejaman dan penjarahan selama kediktatoran.

Menikah dengan seorang pengacara dan mendapat tiga putra, Marcos Junior menjauh dari kontroversi, termasuk hukuman pajak masa lalu dan penolakan keluarga Marcos untuk membayar pajak tanah yang sangat besar.

Sepanjang kampanyenya, ia gigih berpegang pada pesan tentang persatuan nasional.

Dia menyangkal tuduhan membiayai kampanye media sosial selama bertahun-tahun yang memanfaatkan troll online untuk mencoreng lawan dan menutupi sejarah kelam keluarga Marcos, menantang kritikus untuk "tunjukkan pada saya (buktinya)."

Baca Juga: Lebih dari 5.000 Mantan Pemberontak Moro Bergabung Menjadi Polisi Filipina

Kandidat unggulan pemilihan presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr. berpidato di depan pendukungnya. Marcos Jr. bersaing sengit dengan kandidat Leni Robredo memperebutkan kursi presiden Filipina. Besok, Senin, (9/5/2022) rakyat Filipina akan ke tempat pemungutan suara dalam pemilu nasional yang diantaranya memilih presiden baru. (Sumber: AP Photo/Aaron Favila)

Leni Robredo

Sebagai mahasiswa ekonomi di Universitas Filipina yang dikelola negara pada 1980-an, Leni Robredo bergabung dengan protes besar-besaran yang menyebabkan tergulingnya diktator Ferdinand Marcos, ayah dari kandidat unggulan, Marcos Junior.

Leni Robredo yang berusia 57 tahun kuliah mengambil jurusan hukum, berhasil mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat tahun 2013 dalam upaya pertamanya ke dunia politik setelah suaminya, seorang politisi yang disegani, meninggal dalam kecelakaan pesawat tahun 2012.

Dia mengalahkan Marcos Jr. dalam pemilihan wakil presiden 2016 dengan selisih tipis dalam pertarungan elektoral pertama mereka.

Advokasinya berpusat pada pembelaan hak asasi manusia dan pemberdayaan orang miskin sebagian dengan mengajari mereka hak-hak hukum mereka.

Putri seorang hakim, Robredo bukan berasal dari keluarga terkemuka yang mendominasi politik Filipina selama beberapa generasi dan mau sebagai independen mengandalkan dukungan jaringan relawan kampanye.

Sebagai wakil presiden oposisi yang dipilih secara terpisah dari Duterte, Robredo mengutuk pembunuhan sebagian besar tersangka narkoba miskin hasil dari kebijakan keras Duterte.

Hal itu membuat marah pemimpin yang suka berbicara tanpa filter dan memperburuk hubungan mereka selama bertahun-tahun.

Ibu tiga anak ini digadang-gadang karena integritasnya dan karena gaya hidup yang menghindari jebakan kekuasaan.

Robredo kerap bepergian sendirian dengan bus ke provinsi asalnya sebagai anggota kongres.

Baca Juga: Prabowo Bertemu Menhan Malaysia dan Filipina, Bahas Keamanan di Laut Sulu dan Sulawesi

Meriahnya suasana kampanye pemilu Filipina. Kandidat Leni Robredo bersaing dengan Ferdinand Marcos Jr. memperebutkan kursi presiden Filipina. Besok, Senin, (9/5/2022) rakyat Filipina akan ke tempat pemungutan suara dalam pemilu nasional yang diantaranya memilih presiden baru. (Sumber: AP Photo/Aaron Favila)

Peserta Lainnya

Delapan calon presiden lainnya tertinggal jauh dalam survei pra-pemilihan, termasuk Manny Pacquiao, mantan bintang tinju berusia 43 tahun, yang bersumpah untuk membangun rumah bagi orang miskin dan memenjarakan politisi korup di "penjara besar".

Wali Kota Manila Isko Moreno, mantan bintang TV berusia 47 tahun, mengandalkan kisah hidupnya dari kemelaratan menjadi pemegang kekuasaan Manila, dan kekaguman publik atas prestasinya membangun ibu kota.

Senator Panfilo Lacson, mantan kepala polisi nasional berusia 73 tahun, berjanji mengeksploitasi keterampilan investigasinya untuk mengungkap korupsi besar pemerintah.

Pemungutan Suara

Selain kursi kepresidenan, lebih dari 18.000 jabatan negara akan diperebutkan dalam pemilihan, termasuk setengah dari 24 anggota Senat, lebih dari 300 kursi di Parlemen, serta jabatan provinsi dan lokal di seluruh Filipina yang berpenduduk lebih dari 109 juta orang.

Sekitar 67 juta pemilih telah mendaftar untuk memberikan suara mereka pada pemungutan suara selama 13 jam mulai pukul 6 pagi hari Senin, satu jam lebih lama dari pemilihan paruh waktu tahun 2019 untuk mengimbangi antrean yang lebih lambat karena jarak sosial dan perlindungan virus corona lainnya.

Ribuan personel polisi dan militer dikerahkan mengingat risiko lama yang ditimbulkan oleh pemberontak komunis dan Muslim dan sejarah persaingan politik berdarah antar keluarga di daerah pedesaan.

Pada 2009, orang-orang bersenjata yang dikerahkan oleh keluarga gubernur provinsi Maguindanao selatan saat itu membantai 58 orang, termasuk 32 wartawan, dalam serangan terhadap konvoi pemilihan yang mengejutkan dunia.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU