> >

Federasi Palang Merah Murka, Eropa Perlakukan Berbeda Pengungsi asal Ukraina dan Afrika

Kompas dunia | 17 Mei 2022, 05:26 WIB
Pengungsi Ukraina menyeberangi perbatasan Ukraina ke Moldova. Presiden Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional IFRC Francesco Rocca Senin, (16/5/2022) mengungkapkan kemarahan atas apa yang menurut IFRC sebagai perlakuan bangsa-bangsa Eropa yang sangat berbeda terhadap pengungsi asal Afrika dibandingkan dengan mereka yang berasal dari Ukraina. (Sumber: AP Photo/Sergei Grits, File)

MARKAS PBB, KOMPAS.TV - Presiden Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRC) hari Senin, (16/5/2022) mengungkapkan kemarahan atas apa yang menurut IFRC sebagai perlakuan bangsa-bangsa Eropa yang sangat berbeda terhadap pengungsi asal Afrika dibandingkan dengan mereka yang berasal dari Ukraina, seperti laporan France24, Selasa, (17/5/2022)

"Ya, ada standar ganda dalam hal orang yang mencari perlindungan di Eropa", tegas Presiden IFRC Francesco Rocca saat konferensi pers di PBB, Senin, (16/5/2022)

Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional adalah lembaga internasional yang netral, gabungan dari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sedunia yang sangat berpengaruh di dunia, disamping Komite Palang Merah Internasional ICRC.

Rocca, yang menghadiri forum untuk menilai kemajuan yang dibuat sejak adopsi Global Compact on Migration pada 2018, menegaskan tidak boleh ada perbedaan dan pembedaan atau diskriminasi antara "siapa pun yang melarikan diri dari Donbas (di Ukraina Timur) atau seseorang yang melarikan diri dari kekerasan kelompok radikal Boko Haram di Nigeria."

Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRC), yang menyatukan lebih dari 190 lembaga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dunia, berpartisipasi di pertemuan para pemimpin politik, masyarakat sipil dan komunitas diaspora PBB, di antara kelompok-kelompok lain.

Baca Juga: Tersinggung Tudingan Ukraina, Komite Internasional Palang Merah Bantah Deportasi Warga ke Rusia

Warga Afrika yang merupakan pelajar di Ukraina ditolak melewati perbatasan ke Polandia oleh penjaga perbatasan Ukraina, mengaku mendapat perlakuan rasis karena warna kulit mereka (Sumber: France24/Mehdi Chebil)

Sementara dia memuji komunitas di Eropa karena merangkul jutaan pengungsi dalam waktu singkat, Rocca mengecam keras hanya ribuan migran yang diterima dari Afrika, sering kali tiba di benua itu melalui Mediterania.

"Mereka yang melarikan diri dari kekerasan, mereka yang mencari perlindungan harus diperlakukan sama," katanya, tetapi menambahkan, "etnis dan kebangsaan tidak boleh menjadi faktor penentu dalam menyelamatkan nyawa."

Lebih dari 150 negara pada tahun 2018 menandatangani Global Compact for Migration Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebuah pakta tidak mengikat yang bertujuan menyusun kerangka kerja untuk menghadapi tantangan global migrasi.

Terlepas dari risiko yang diketahui, dan semakin banyak bukti pelanggaran, para migran terus melakukan perjalanan menuju Eropa dari Afrika.

Puluhan ribu migran mencoba penyeberangan berbahaya dan seringkali mematikan dari Libya ke Italia setiap tahun, misalnya, dengan lebih dari 31.000 orang melakukan perjalanan melintasi laut tahun lalu, menurut angka PBB.

Sementara itu, Enam juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina sejak perang dimulai pada akhir Februari.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/France24


TERBARU