> >

Polisi China Dituduh Ancam Muslim Uighur sebelum Delegasi PBB Berkunjung ke Xinjiang, Ini Isinya

Kompas dunia | 29 Mei 2022, 16:31 WIB
Kamp "pendidikan ulang" di Xinjiang. (Sumber: AP Photo)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Polisi China dituduh mengancam warga muslim Uighur di Xinjiang dua pekan menjelang kunjungan delegasi PBB ke wilayah tersebut.

Kepala Komisi Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet melakukan kunjungan ke wilayah Xinjiang selama 6 hari yang dimulai Senin (23/5/2022) pekan lalu.

Pada kunjungan itu Bachellet mengunjungi Urumqi dan Kashgar, untuk melihat bagaimana kondisi warga muslim Uighur yang dilaporkan mendapat tekanan dari China.

Seorang warga Uighur di Amerika Serikat (AS), Kalbinur Gheni, mengungkapkan ancaman yang diterima orang tuanya di Xinjiang sebelum Bachelet tiba.

Baca Juga: Korea Utara Umumkan Situasi Pandemi Membaik, Pertimbangkan untuk Longgarkan Pengetatan

Menurut Gheni, ini berawal dari cuitannya di Twitter yang meminta Bachelet menemui saudarinya, yang dipenjara di Sanji, kota di dekat Urumqi.

Gheni mengatakan, setelah ia mencuitkan hal itu, anggota kepolisian China di Korla, kota terbesar kedua di Xinjiang, datang mengunjungi ibunya di Cherchen keesokan harinya.

Ia menekan sang ibu untuk meyakinkan Gheni agar tak mencuit lebih banyak lagi mengenai penahanan saudarinya.

“Anak Anda di Amerika Serikat berbicara melawan pemerintah,” ujar Gheni menirukan apa yang dikatakan polisi kepada ibunya dikutip dari Radio Free Asia.

“Jika Anda tak berbicara dan memintanya untuk menghapus semuanya di Twitter, Anda akan didakwa karena menjadi orang yang bermuka dua,” tambahnya.

Gheni mengungkapkan ibunya menangis saat ia menghubunginya di hari kedua setelah cuitan itu.

Baca Juga: Xi Jinping ‘Tampar’ PBB Terkait HAM China: Tak Perlu Jadi Pengkhotbah

“Ia berteriak dan berkata jika saya tak menghapus apa yang saya posting, ia akan memutuskan hubungan darahnya denganku,” katanya.

Hukuman bermuka dua, yang diancamkan kepada ibu Gheni, digunakan Partai Komunis China untuk menggambarkan orang yang korup atau tak setia pada ideologi partai.

Saudari Gheni, Renagul Gheni, merupakan guru sekolah di Cherchen, ketika otoritas China menangkapnya dan diduga membawanya ke kamp penahanan pada 2018.

Dua tahun kemudian dihukum selama 17 tahun penjara, tujuh tahun karena berdoa saat pemakaman ayahnya dan 10 tahun karena kepemilikan Al-Qur'an.

Gheni mengatakan, petugas keamanan yang sama terus menekan keluarganya karena cuitan mengenai saudarinya sebelum insiden terakhir.

“Petugas keamanan yang sama telah menghubungi saya secara langsung selama setahun,” ujar Gheni.

Baca Juga: Trump Serang Biden, Sebut Perang Dunia III Bakal Terjadi karena Kebodohan Pemerintah AS

Ia menambahkan, petugas tersebut mengatakan bahwa ia mengurus keluarga Gheni di Xinjiang.

Bahkan adiknya yang sudah dua tahun tak berbicara dengannya, meminta ia menghapus cuitannya di Twitter.

Namun, Gheni menegaskan pada cuitannya 23 Mei lalu, bahwa ia tak akan berhenti.

“Saya akan tetap berjuang. Saya tak akan menyerah untuk orang yang saya cintai,” katanya.

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Radio Free Asia


TERBARU