> >

Sekolah Tutup dan Layanan Pemerintahan Srilanka Berhenti Selama 2 Pekan Krisis BBM

Kompas dunia | 22 Juni 2022, 13:54 WIB
Tanker minyak Rusia berlabuh di pelabuhan Kolombo, Sabtu, (28/5/2022) untuk memulai kembali operasi penyulingan satu-satunya kilang minyak Sri Lanka (Sumber: Straits Times)

COLOMBO, KOMPAS.TV - Sri lanka mulai menutup sekolah dan menghentikan layanan pemerintahn yang dinilai tidak penting selama dua pekan ke depan, mulai Senin (20/6/2022). 

Langkah tersebut diambil dengan tujuan menghemat cadangan bahan bakar minyak (BBM) yang kian menipis, di tenga rencana IMF soal kans bailout. 

Negara dengan total penduduk mencapai 22 juta jiwa tersebut sedang mengalami krisis ekonomi terburuk usai kehabisan devisa biaya impor bahan-bahan pokok macam BBM hingga sembako. 

Baca Juga: Krisis BBM, Sri Lanka Minta Maskapai Dunia Datang dengan Tangki Penuh atau Isi Avtur di Tempat Lain

Lain itu, Sri Langka menghadapi rekor inflasi tertinggi dan pemadaman listrik berkepanjangan.

Di penjuru Sri Lanka saat ini, ratusan ribu orang rela mengantre BBM meskipun dengan harga yang sangat tinggi.

Hal ini memancing protes berbulan-bulan, mendesak Presiden Gotabaya Rajapaksa turun dari kursi kepemimpinan. Senin (20/6) lalu, ribuan mahasiswa melakukan demonstrasi di jalanan sebagai respons situasi yang kian buruk. 

"Waktu bagi Gotabaya untuk bersujud dengan bermartabat sudah lama berlalu. Sekarang kita harus mengusirnya," kata pemimpin mahasiwa dalam demo tersebut, Wasntha Mudalige, dikutip dari Channel News Asia. 

Baca Juga: Meski Stok Gas Langka karena Negara Bangkrut, Sri Lanka Pilih Gunakan Cadangan Gas untuk Kremasi

Sejumlah 21 mahasiswa yang melakukan demonstrasi tersebut, ditangkap oleh polisi. Pihak kepolisian menuduh para demonstran telah merecoki Sekertaris Kementerian Keuangan Sri Lanka dalam menghadiri pertemuan penting dengan para pejabat IMF. 

Kendati demikian, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menyebut pertemuan dengan wakil IMF berjalan lancar sesuasi rencana. 

Ini merupakan pertama kalinya IMF datang untuk berdiskusi semenjak Sri Lanka meminta dana talangan pada bulan April 2022 lalu. 

Menurut hasil pertemuan tersebut, diskusi masih akan berlanjut sampai akhir bulan ini. 

Namun, rencana penyelamatan Sri Lanka ini tidak akan bisa terwujud sebelum para kreditur setuju untuk merestrukturasi utang luar negeri sebesar 51 miliar dollar Amerika Serikat. IMF sendiri meyakini proses ini akan makan waktu berbulan-bulan.

Sementara itu, Australia telah memberikan bantuan langsung kepada Sri Lanka berupa dana darurat sebesar 35 juta dollar AS. Dana tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kesehatan di Sri Lanka. 

Baca Juga: Tanker Minyak Rusia Berlabuh di Sri Lanka yang Dihajar Krisis dan Sudah Kehabisan Bahan Bakar

"Kami tidak hanya ingin membantu rakyat Sri Lanka pada saat dibutuhkan, ada juga konsekuensi yang lebih dalam bagi kawasan jika krisi ini berlanjut," papar Menteri Luar Negeri Australia Penny Won. 

Saking parahnya krisis ekonomi Sri Lanka ini, PBB menyebut empat dari lima orang di negara yang merdeka 4 Feburari 1948 mulai tidak bisa makan, karena harga pangan melonjak tinggi. 

Penulis : Gilang Romadhan Editor : Purwanto

Sumber : Channel News Asia


TERBARU