> >

Kisah Anne Frank dan Buku Hariannya tentang Kekejaman Nazi Jadi Tema Google Doodle Hari Ini

Kompas dunia | 25 Juni 2022, 12:21 WIB
Ilustrasi Google Doodle hari ini, Sabtu (25/6/2022), tentang Anne Frank dan buku hariannya. (Sumber: Google Doodle)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Google Doodle hari ini, Sabtu (25/6/2022), menayangkan ilustrasi kolase Anne Frank bersama buku hariannya, memasuki peringatan ke-75 tahun penerbitan buku catatannya yang terkenal.

Tema itu telah diluncurkan di lebih dari 25 negara, termasuk Jerman, Inggris dan Amerika Serikat.

"Tayangan slide hari ini, Doodle menghormati Anne Frank, penulis buku harian berdarah Yahudi Jerman-Belanda yang terkenal di dunia sekaligus korban Holocaust," terang Google.

"Meskipun hanya ditulis dalam rentang usia 13-15 tahun, buku diary-nya tentang Holocaust dan peristiwa perang menjadi salah satu catatan paling menyentuh dan banyak dibaca hingga saat ini," lanjut Google.

Desain ilustrasi Google Doodle tentang Anne Frank ditampilkan dalam kolase berlapis yang menunjukkan adegan-adegan dalam buku diary Anne Frank.

Ilustrasi dirancang oleh Thoka Maer, direktur seni Google Doodle. Dalam keterangan Google Doodle, Ilustrator Jerman itu merasa bertanggung jawab untuk menjaga memori tentang Holocaust sebagai faktor utama dalam proses kreatif pembuatan ilustrasi.

Baca Juga: Insinyur Google Dipecat, Gara-gara Percaya AI Google "LaMDA" Jadi Makluk Hidup

Siapa Anne Frank dan Mengapa Buku Hariannya Terkenal?

Anne Frank merupakan gadis keturunan Yahudi yang lahir pada 12 Juni 1929 di Frankfurt, Jerman. 

Keluarganya pindah ke Amsterdam, Belanda pada 1933, untuk menghindari diskriminasi dan kekerasan yang dihadapi kaum Yahudi ketika partai Nazi pimpinan Adolf Hitler berkuasa.

Jerman lantas menginvasi Belanda pada 1940, Hitler yang terkenal dengan kebijakan anti-Yahudi langsung menjadi ancaman bagi bangsa Yahudi di Negeri Kincir Angin. 

Orang-orang Yahudi menjadi sasaran kekerasan, dibui, dieksekusi, atau dipindah paksa ke kamp konsentrasi yang tak manusiawi.

Karena tidak dapat hidup dengan bebas dan aman, jutaan orang Yahudi hanya punya dua pilihan, meninggalkan rumah atau bersembunyi di tempat aman.

Pada musim semi 1942, keluarga Anne memilih opsi kedua, bersembunyi di paviliun rahasia di gedung kantor ayahnya di Belanda untuk menghindari kekerasan.

Keluarga Frank, seperti jutaan keluarga Yahudi lainnya, bertindak cepat dan meninggalkan hampir segalanya untuk mencari perlindungan. 

Di antara beberapa barang milik Anne yang dibawa ke tempat persembunyian adalah sebuah buku harian, hadiah yang ia terima ketika ulang tahun ke-13 yang jatuh beberapa minggu sebelum ia bersembunyi.

Segera, buku itu jadi kendaraan untuk mengubah dunia. Anne Frank menulis lembar demi lembar selama 25 bulan dengan kisah menyentuh hati, tentang kehidupan remaja di "persembunyian rahasia" yang berisikan detail kecil hingga mimpi dan ketakutannya yang paling mendalam atas situasi saat itu. 

Ia berharap buku hariannya kelak diterbitkan setelah perang, di mana Anne menyatukan tulisannya menjadi satu kisah berjudul Het Achterhuis (Catatan Rahasia).

Pada tanggal 4 Agustus 1944, keluarga Frank ditemukan oleh Dinas Rahasia Nazi, ditangkap, dan dibawa ke pusat tahanan untuk melakukan kerja paksa.

Setelah itu, keluarga Anne Frank dideportasi ke kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia. Mereka tinggal dalam ruangan sempit dan tidak higienis sebelum akhirnya ke kamp konsentrasi Bergen-Belsen di Jerman.

Di tempat itu, selain pembunuhan brutal dan disengaja terhadap para tahanan oleh pasukan Nazi, penyakit mematikan juga menyebar dengan cepat.

Dalam situasi demikian, Anne menyerah dalam kondisi yang tidak manusiawi, meninggal pada usia 15 tahun.

Kendati Anne Frank tak selamat dari horor Holocaust, ia mewariskan catatannya tentang tahun-tahun kelam, sebuah buku yang kemudian dikenal dunia sebagai The Diary of Anne Frank.

Buku itu menjadi salah satu karya non-fiksi yang paling banyak dibaca yang pernah diterbitkan dan kini telah diterjemahkan ke lebih dari 80 bahasa.

Memoar garapan Frank menjadi bacaan wajib di ruang kelas sekolah banyak negara. Buku itu menjadi alat untuk mendidik generasi berikutnya tentang Holocaust dan bahaya atas sikap diskriminasi dan hipernasionalisme.

Baca Juga: Profil Amanda Aldridge, Sosok Komposer Afro-Inggris yang Jadi Tema Google Doodle 17 Juni 2022

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Annefrank.org


TERBARU