> >

Kisah Hidup Tetsuya Yamagami, Pembunuh Shinzo Abe: Suatu Kelompok Agama Menghancurkan Keluarganya

Kompas dunia | 11 Juli 2022, 14:00 WIB
Tetsuya Yamagami (kiri), pelaku pembunuhan eks Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, dikawal polisi untuk dipindahkan ke kantor kejaksaan dari kantor kepolisian Nara, Jepang, Minggu (10/7/2022). Seorang kerabat menyebut Tetsuya Yamagami harus melalui masa-masa sulit sejak kecil karena ibunya bergabung dengan suatu kelompok keagamaan. Ia diduga menyimpan dendam terhadp kelompok agama itu hingga nekat membunuh Shinzo Abe. (Sumber: Juntaro Yokoyama/Kyodo News via AP)

Kerabat Yamagami kemudian sering mengirim uang ke anak-anak untuk menanggung biaya hidup mereka.

Dia juga terkadang mengirim makanan ke Nara.

Keluarga Berantakan karena Suatu Kelompok Agama

Ketika remaja, Tetsuya Yamagami disebut masuk ke sebuah SMA yang dianggap “elite” di Nara karena sebagian besar lulusannya diterima di universitas-universitas papan atas.

Yamagami sendiri masuk ke sebuah sekolah teknik setelah lulus SMA.

Pada 2002, Yamagami mendaftar ke Angkatan Laut Bela Diri Jepang.

Pada tahun itu juga, ibunya dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan Distrik Nara.

Baca Juga: Shinzo Abe Terbunuh, Kepala Polisi Nara Ambil Langkah Emosional: Saya Bertanggung Jawab

Kerabat Yamagami mengira pembunuh Shinzo Abe itu memutuskan gabung Angkatan Laut karena “kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.”

Pria itu mengaku terakhir melihat Yamagami sekitar tahun 2005.

Sedangkan perusahaan yang dijalankan ibunya dibubarkan pada 2009.

Ketika ditanya soal kelompok agama yang disinggung terkait motif pembunuhan Shinzo Abe, kerabat Yamagami mengira pria 41 tahun itu sudah memendam dendam sejak lama.

“Saya pikir dia (Yamagami) menyimpan dendam sepanjang waktu. Saya pikir dia merasa bahwa hidupnya diubah oleh itu (kelompok agama),” tutur kerabat Yamagami.

Menurut keterangan penyelidik yang dimuat media-media Jepang, Yamagami disebut mengakui kebenciannya terhadap kelompok agama yang dianggap mengubah sang ibu.

“Saya tidak bisa memaafkan mereka karena ibu saya terus membayar uang ke mereka, bahkan setelah dia dinyatakan bangkrut,” kata Yamagami sebagaimana dimuat keterangan penyelidik.

Baca Juga: Shinzo Abe di Antara Abenomics, Kultus Keagamaan, dan Ultranasionalis Nippon Kaigi

Yamagami diketahui bekerja pada sebuah agensi kerjantara (temporary staffing agency) di Prefektur Osaka.

Ia dipekerjakan di sebuah pabrik di Prefektur Kyoto selama satu setengah tahun, terkini hingga Mei 2022.

Di pabrik Kyoto, bekas atasan Yamagami menyebut pria itu menjadi operator forklift.

Ia menyebut Yamagami pada awalnya terlihat seperti “pria sederhana.”

Setelah sekitar setengah tahun bekerja, Yamagami disebut mulai mengabaikan prosedur operasi.

Kemudian, pada Maret, ia pernah bertengkar dengan koleganya karena mengabaikan aturan.

Usai pertengkaran itu, Yamagami disebut mulai bolos kerja, terkadang memakai dalih “masalah jantung.”

Pada April 2022, melalui agensi kerjantaranya, Yamagami memberi tahu pihak pabrik bahwa ia berniat keluar pekerjaan.

Setelah itu, bekas atasannya tidak tahu-menahu mengenai keberadaan Yamagami hingga pada Jumat (8/7) lalu, seluruh Jepang dan seantero dunia dikejutkan tindakannya yang nekat menembak Shinzo Abe dari belakang.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV/The Asahi Shimbun


TERBARU