> >

Korea Utara Tembakkan Rudal ke Arah Jepang, Perintah Evakuasi Digaungkan

Kompas dunia | 4 Oktober 2022, 10:55 WIB

 

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno, tengah, setengah berlari masuk ke kantor perdana menteri di Tokyo Selasa, 4 Oktober 2022 menyusul laporan rudal Korea Utara yang melintasi wilayah udara Jepang (Sumber: Kyodo News via AP)

SEOUL, KOMPAS.TV — Korea Utara hari Selasa, (4/10/2022) menembakkan rudal balistik jarak menengah melintasi wilayah teritorial udara Jepang untuk pertama kalinya dalam lima tahun.

Seperti laporan Associated Press, Selasa, (4/10/2022), peluncuran rudal Korea Utara secara mendadak itu memaksa Jepang mengeluarkan perintah evakuasi dan menghentikan kereta api. Korea Utara diketahui meningkatkan uji coba senjata yang dirancang untuk menyerang sekutu regional AS.

Itu adalah uji coba rudal paling signifikan oleh Korea Utara sejak Januari, ketika menembakkan rudal jarak menengah Hwasong-12 yang mampu mencapai wilayah AS di Guam.

Jepang dan Korea Selatan sama-sama mengadakan pertemuan keamanan untuk membahas peluncuran tersebut.

Kantor perdana menteri Jepang mengatakan setidaknya satu rudal yang ditembakkan dari Korea Utara terbang di atas Jepang dan diyakini telah mendarat di Samudra Pasifik.

Pihak berwenang Jepang memperingatkan penduduk di wilayah timur laut untuk mengungsi ke tempat penampungan, dalam peringatan "J-alert" pertama sejak 2017 ketika Korea Utara menembakkan rudal Hwasong-12 dalam uji coba senjata yang provokatif.

Baca Juga: Kim Jong Un Wajib Waspada, AS Korea Selatan dan Jepang Latihan Bareng Hadapi Kapal Selam Korea Utara

Sebuah TV menayangkan J-Alert atau Sistem Peringatan Dini Nasional kepada warga Jepang Selasa, 4 Oktober 2022, di Tokyo. Korea Selatan mengatakan Korea Utara menembakkan rudal balistik ke arah perairan timurnya. (Sumber: AP Photo/Eugene Hoshiko)

Perjalanan kereta ditangguhkan di wilayah Hokkaido dan Aomori sampai pemerintah mengeluarkan pemberitahuan berikutnya bahwa rudal Korea Utara tampaknya telah mendarat di Pasifik.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan kepada wartawan bahwa "penembakan itu, yang menyusul serangkaian peluncuran baru-baru ini oleh Korea Utara, adalah tindakan sembrono dan saya sangat mengutuknya."

Dia mengatakan akan meminta sidang Dewan Keamanan Nasional untuk membahas situasi tersebut.

 

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan tidak ada kerusakan yang dilaporkan dari rudal yang terbang 22 menit dan mendarat di perairan di luar zona ekonomi eksklusif negara itu.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan pihaknya mendeteksi rudal itu ditembakkan dari pedalaman utara di Korea Utara.

Dikatakan militer Korea Selatan meningkatkan postur pengawasannya dan mempertahankan kesiapannya dalam koordinasi yang erat dengan Amerika Serikat.

Baca Juga: Sehari sebelum Wapres AS Kunjungi Seoul, Korea Utara Kembali Luncurkan Uji Coba Rudal Balistik

PM Jepang Fumio Kishida tiba di kantornya di Tokyo, Selasa, 4 Oktober 2022. Korea Utara hari Selasa menembakkan rudal balistik melintasi wilayah udara Jepang, membuat Jepang berlakukan perintah darurat evakuasi (Sumber: Kyodo News via AP)

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan jangkauan rudal adalah 4.000 kilometer, yang menempatkan Guam dalam jarak serang.

Yoon mengatakan dia mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional untuk membahas peluncuran, meyakini "provokasi nuklir sembrono" Korea Utara akan mendapat tanggapan keras dari Selatan dan masyarakat internasional.

Peluncuran itu adalah uji coba senjata putaran kelima oleh Korea Utara dalam 10 hari terakhir dalam apa yang dilihat sebagai tanggapan nyata terhadap latihan militer bilateral antara Korea Selatan dan Amerika Serikat dan pelatihan lain para sekutu termasuk Jepang pekan lalu.

Rudal yang ditembakkan selama empat putaran peluncuran terakhir adalah jarak pendek dan jatuh di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang. Rudal-rudal itu mampu mengenai sasaran di Korea Selatan.

Korea Utara telah menguji coba sekitar 40 rudal di sekitar 20 acara peluncuran yang berbeda tahun ini ketika pemimpinnya Kim Jong Un bersumpah untuk memperluas persenjataan nuklirnya dan menolak untuk kembali ke diplomasi nuklir dengan Amerika Serikat.

Beberapa ahli mengatakan Kim pada akhirnya akan mencoba menggunakan persenjataannya yang diperbesar untuk menekan Washington agar menerima negaranya sebagai negara nuklir, sebuah pengakuan yang menurutnya perlu untuk memenangkan pencabutan sanksi internasional dan konsesi lainnya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV/Associated Press


TERBARU