> >

Rusia Tuding AL Inggris sebagai Pelaku Peledakan Jalur Pipa Gas Nord Stream

Krisis rusia ukraina | 29 Oktober 2022, 20:47 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu. Kementerian Pertahanan Rusia hari Sabtu (29/10/2022) mengungkapkan personel angkatan laut Inggris adalah pelaku yang meledakkan pipa gas Nord Stream bulan lalu, secara langsung menuduh anggota NATO menyabotase infrastruktur penting Rusia. (Sumber: Sputnik//Pool Kremlin via AP)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, personel angkatan laut Inggris adalah pelaku yang meledakkan pipa gas Nord Stream bulan lalu. Pernyataan ini secara langsung menuduh bahwa anggota NATO telah menyabotase infrastruktur penting Rusia.

Melansir Straits Times, Sabtu (29/10/2022), Kementerian Pertahanan Rusia itu tidak memberikan bukti atas klaimnya.

“Menurut informasi yang tersedia, perwakilan dari unit Angkatan Laut Inggris ini mengambil bagian dalam perencanaan, penyediaan, dan implementasi serangan teroris di Laut Baltik pada 26 September tahun ini, yaitu meledakkan pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Inggris menolak berkomentar segera.

Rusia sebelumnya menyalahkan Barat atas ledakan bulan lalu yang merusak pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 buatan Rusia di dasar Laut Baltik.

Tetapi, Rusia belum pernah memberikan rincian spesifik tentang siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan pipa, yang sebelumnya merupakan rute pasokan gas terbesar Rusia ke Eropa itu.

Kremlin telah berulang kali membantah tuduhan bahwa pihaknya bertanggung jawab, dan bahkan menyebut tudingan itu sebagai "bodoh". Para pejabat Rusia balik menyebut bahwa Washington memiliki motif, yakni karena ingin menjual lebih banyak gas alam cair (LNG) ke Eropa.

Amerika Serikat (AS) telah membantah terlibat dalam sabotase pipa Nord Stream 1 dan 2 bulan September lalu.

Baca Juga: Putin: Rusia Bisa Kirim Pasokan Gas ke Eropa, Tapi Lewat Jalur Nord Stream 2 yang Diblokir Jerman

Awal bulan Oktober, Rusia masih menuding Barat secara umum sebagai pelaku peledakan jalur pipa gas tersebut. 

Pada Jumat (30/9/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Barat menyabotase jaringan pipa gas buatan Rusia di bawah Laut Baltik ke Jerman.

Berbicara di Moskow dalam upacara untuk mengintegrasikan empat wilayah Ukraina ke Rusia, seperti laporan Associated Press, Putin mengatakan "Anglo-Saxon" di Barat telah berubah dari menggunakan sanksi menjadi menggunakan "serangan teror", menyabotase jalur pipa Nord Stream 1 dan 2 dalam apa yang dia sebut sebagai upaya untuk "menghancurkan infrastruktur energi Eropa."

Putin menambahkan, "Mereka yang mendapat untung darinya telah melakukannya," tanpa menyebut negara tertentu.

Negara-negara Eropa, yang terhuyung-huyung di bawah melonjaknya harga energi yang disebabkan oleh serangan Rusia ke Ukraina, mencatat bahwa Rusia, dan bukan Eropa, yang diuntungkan dari kekacauan di pasar energi dan lonjakan harga energi.

Ledakan yang mengguncang pipa gas alam di bawah Laut Baltik menjelang kebocoran metana, "mungkin berhubungan dengan beban ledakan beberapa ratus kilo (bahan peledak)," tulis Denmark dan Swedia dalam sebuah surat kepada PBB.

Peneliti Norwegia kemudian menerbitkan peta yang memproyeksikan gumpalan besar metana yang dilepaskan oleh pipa Nord Stream 1 dan 2 yang rusak akan melewati petak besar wilayah Nordik.

“Kami berasumsi, angin di daerah kebocoran meniupkan emisi metana ke utara hingga kepulauan Finlandia, kemudian membelok ke arah Swedia dan Norwegia,” kata Stephen Platt, seorang profesor di Institut Penelitian Udara Norwegia.

Tingkat metana ini tidak berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Namun, gas tersebut merupakan sumber potensial pemanasan global.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU