Kisah dari Meksiko, Perayaan Hari Orang Mati yang Ternyata tentang Merayakan Kehidupan
Kompas dunia | 31 Oktober 2022, 01:05 WIB"Sejauh bahasa Pribumi telah hilang, makna (mezbah) juga hilang, jadi orang melakukannya secara intuitif," katanya.
"Di mana bahasa Pribumi telah dipertahankan, tradisi itu masih hidup."
Cara orang Meksiko merayakan Hari Orang Mati terus berkembang.
Baca Juga: Diserang saat Hendak Rapat Bersama Wali Kota, Bos Kartel Narkoba Meksiko Selamat pada Menit Akhir!
Biasanya, ini adalah tradisi keluarga yang intim di sekitar altar rumah dan kunjungan ke pemakaman setempat untuk menghias makam leluhur dengan bunga dan tengkorak yang terbuat dari gula-gula.
Mereka membawa makanan favorit orang-orang tercinta yang telah meninggal dan menyewa musisi untuk membawakan lagu favorit mereka.
"Saat ini ada pengaruh American Halloween dalam perayaannya," kata Medina.
"Elemen-elemen ini membawa makna baru dalam konteks makna asli festival, yaitu merayakan kematian. Untuk merayakan kehidupan," tambah Medina.
Tahun 2016, pemerintah memulai parade tahunan populer di Mexico City, berakhir di alun-alun utama yang menampilkan altar yang dibangun oleh pengrajin dari seluruh negeri.
Baca Juga: Ketakutan usai Hina Bos Kartel Narkoba Paling Mengerikan di Meksiko, Remaja Ini Minta Ampun
Perayaan akbar yang berlangsung sekitar tiga jam ini menampilkan salah satu karakter paling ikonik pada liburan ini, Catrinas.
Catrinas adalah kerangka perempuan mengenakan pakaian elegan yang terinspirasi oleh ukiran José Guadalupe Posada, seorang seniman Meksiko yang menggambar kartun satir pada awal abad ke-20.
Hari Jumat sore di ibu kota, Paola Valencia, 30, berjalan melalui alun-alun melihat beberapa altar dan menjelaskan kebahagiaannya untuk perayaam kali ini, "Saya suka tradisi ini karena mengingatkan saya bahwa mereka (orang mati) masih berada di antara kita."
Berasal dari negara bagian Oaxaca, Meksiko, katanya, penduduk kota kelahirannya, Santa Cruz Xoxocotlán, membutuhkan banyak waktu untuk membangun altar besar setiap tahun, yang menjadi sumber kebanggaan bagi seluruh masyarakat.
"Kadang-kadang saya merasa ingin menangis. Altar kami menunjukkan siapa kami. Kami sangat tradisional dan kami senang merasa bahwa mereka (orang mati) akan bersama kami setidaknya setahun sekali," katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press