> >

17 Orang Tewas dalam Unjuk Rasa di Peru, Tuntut Pembebasan Mantan Presiden Pedro Castillo

Kompas dunia | 10 Januari 2023, 14:18 WIB
Sedikitnya 17 orang tewas dalam bentrokan dengan polisi di Peru selatan, kata kantor hak asasi manusia negara itu hari Senin, (9/1/2023), yang menjadi hari paling mematikan sejauh ini dari protes menuntut pemilihan dini dan pembebasan mantan presiden Pedro Castillo yang dipenjara. (Sumber: Straits Times)

Seorang perempuan tak dikenal mengatakan kerabat mereka terkena peluru saat berjalan-jalan dengan seorang teman yang tinggal di dekatnya.

“Saya ingin bertanya kepada pemerintah pusat – bagaimana kita bisa memiliki begitu banyak kematian?” kata Dr Jorge Sotomayor Perales, kepala departemen perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Juliaca.

Baca Juga: Dilantik sebagai Presiden Baru Peru, Castillo Berjanji Memerintah oleh Rakyat dan untuk Rakyat

Pendukung mantan Presiden Peru Pedro Castillo demonstrasi di Lima, Peru, Senin (12/12/2022). Sedikitnya 17 orang tewas dalam bentrokan dengan polisi di Peru selatan, kata kantor HAM Peru hari Senin, (9/1/2023), yang menjadi hari paling mematikan dari protes menuntut pemilihan dini dan pembebasan mantan presiden Pedro Castillo. (Sumber: AP Photo/Martin Mejia)

Kantor hak asasi manusia Peru, yang dikenal sebagai Kantor Ombudsman, meminta polisi mematuhi standar internasional dalam menggunakan kekuatan serta menuntut penyelidikan atas kematian pengunjuk rasa sambil mendesak pengunjuk rasa untuk menahan diri dari menyerang properti atau menghalangi pergerakan ambulans.

Sebelumnya pada Senin, Ombudsman mengatakan seorang bayi baru lahir meninggal saat dipindahkan dari kota Yunguyo, tenggara Juliaca, ke rumah sakit setempat dengan ambulans yang tertahan karena blokade jalan.

Protes menyerukan pemilihan awal dan pembebasan Castillo dilanjutkan minggu lalu setelah jeda liburan. Para pengunjuk rasa juga menuntut pengunduran diri Presiden baru Dina Boluarte, pembubaran Kongres dan perubahan konstitusi.

Berbicara pada pertemuan "kesepakatan nasional" sebelumnya pada hari Senin dengan perwakilan dari wilayah negara dan berbagai lembaga politik, Boluarte mengatakan dia tidak dapat mengabulkan beberapa tuntutan utama pengunjuk rasa, malah menyerukan warga untuk "merenung".

“Satu-satunya yang ada di tangan saya adalah memajukan pemilu, yang sudah kami usulkan,” katanya. “Apa yang kamu minta adalah dalih untuk terus menimbulkan kekacauan di kota-kota.”

Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika mengatakan akan melakukan kunjungan ke Peru dari Rabu hingga Jumat, mengunjungi Lima dan kota-kota lain untuk mengevaluasi situasi.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU