> >

Presiden Kenya Marah 47 Mati Kelaparan karena Ritual Sekte Sesat: Terorisme, Kriminal Menyaru Pastor

Kompas dunia | 24 April 2023, 21:07 WIB
Arsip. Total 47 jasad yang diyakini pengikut sekte sesat di Kenya telah ditemukan, Minggu (23/4/2023). (Sumber: AP Photo)

NAIROBI, KOMPAS.TV - Presiden Kenya William Ruto menyebut sekte sesat yang menyebabkan 47 pengikut mati kelaparan mirip dengan terorisme. Ruto menegaskan bahwa pemimpin sekte itu, Paul Makenzi tak pantas disebut pemuka agama dan selayaknya dipenjara.

Sejak akhir pekan lalu, Kenya digegerkan dengan kematian 47 orang yang sebelumnya dikabarkan hilang di Kilifi, selatan negara itu. Mereka diduga tewas karena ritual sekte.

"Pak Makenzi, berpura-pura dan menyaru menjadi seorang pastor, padahal faktanya dia kriminal yang mengerikan," kata Ruto dikutip Associated Press, Senin (24/4/2023).

Baca Juga: Mengerikan! Total 47 Jasad Pengikut Sekte Sesat di Kenya Ditemukan

Makenzi diduga menyuruh pengikutnya untuk berpuasa hingga mati agar bisa bertemu Yesus Kristus. Ritual itu menyebabkan puluhan orang tewas dan dikubur di peternakan Makenzi.

Sebagian pengikut Makenzi sebelumnya dievakuasi pihak berwenang dalam kondisi mengenaskan, tetapi kemudian meninggal dunia. Otoritas Kenya pun melakukan penggalian di peternakan Makenzi dan menemukan 39 mayat sejauh ini, menjadikan total korban jiwa sedikitnya 47 orang.

Akan tetapi, jumlah itu kemungkinan dapat bertambah. Pada Minggu (23/4), Palang Merah Kenya melaporkan sebanyak 112 orang hilang di gereja Makenzi.

Paul Makenzi sendiri segera ditangkap kepolisian dan ditahan sambil menunggu penyelidikan. Sedangkan Presiden Ruto meminta aparat menginvestigasi sepenuhnya kasus ini dan tidak mengaitkannya dengan agama apa pun.

Ruto, terpilih pada 2022 lalu, dikenal sebagai presiden Kristen evangelis Kenya dan telah menominasikan sejumlah pastor ke parlemen dan berbagai lembaga pemerintahan. 

Baca Juga: Dipengaruhi Sekte Berpandangan Anti-Vaksin, 157 Anak di Zimbabwe Meninggal karena Campak

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU