> >

Korban Tewas Penembakan Massal di Nigeria Capai 80 Orang, Termasuk 3 Staf Kedutaan AS

Kompas dunia | 19 Mei 2023, 05:35 WIB
Jumlah korban tewas akibat serangan puluhan penyerang di dataran rendah Nigeria tengah utara mencapai 80 orang termasuk empat staf Kedutaan Besar Amerika Serikat, kata otoritas setempat hari Kamis (18/5/2023) (Sumber: USA Today)

ABUJA, KOMPAS.TV - Jumlah korban tewas akibat serangan puluhan penyerang di dataran rendah Nigeria tengah utara mencapai 80 orang termasuk empat staf Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS), kata otoritas setempat hari Kamis (18/5/2023) dengan para korban yang selamat masih mencari jenazah beberapa hari setelah insiden tersebut terjadi.

Seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, penyerang tak dikenal pada Selasa (16/5) lalu menyerang konvoi dua kendaraan pemerintah AS di Wilayah Pemerintah Daerah Ogbaru di negara bagian Anambra, Nigeria. 

Konvoi itu membawa sembilan warga negara Nigeria, lima karyawan Misi AS ke Nigeria dan empat anggota Kepolisian Nigeria. Mereka melakukan perjalanan sebelum kunjungan yang direncanakan oleh personel Misi AS ke proyek tanggap banjir yang didanai AS di Anambra.

Di lokasi lain, para penyerang menargetkan beberapa desa di distrik Mangu yang terpencil di Plateau selama serangan yang dimulai sehari sebelumnya Senin (15/5) dan berlangsung hingga keesokan harinya, menurut para warga.

Pemakaman terus dilakukan sejak Kamis (18/5) kemarin di sebagian wilayah Mangu yang terletak 60 kilometer dari Jos, ibu kota negara bagian tersebut.

Polisi mengatakan kepada Associated Press bahwa tujuh tersangka telah ditangkap.

"Ini adalah situasi tembakan sporadis di berbagai desa yang luas," kata Alabo Alfred, juru bicara komando.

Krisis keamanan di wilayah barat laut dan pusat negara tersebut telah menghambat perkembangan Nigeria, meskipun negara ini merupakan ekonomi terbesar di Afrika dan salah satu produsen minyak terkemuka di benua tersebut.

Setelah puluhan tahun konflik, para penggembala saat ini dan mantan penggembala dari suku Fulani mengambil senjata melawan petani karena akses terbatas ke lahan dan air. Serangan-serangan tersebut terkadang merupakan tindakan pembalasan dan sebagian besar terjadi di daerah terpencil di mana pasukan keamanan kalah jumlah dan senjata.

Hingga kemarin, keluarga-keluarga di distrik Mangu di Plateau tidak dapat mengambil jenazah korban di wilayah yang masih berbahaya, kata Philip Pamshak, yang telah membantu dalam pemakaman massal.

"Tempat itu masih berbahaya, jadi kami harus melarikan diri," katanya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU