> >

Mengerikan, 41 Orang Termasuk 38 Anak Kecil Dibunuh di Uganda Usai Pasukan Pemberontak Serbu Sekolah

Kompas dunia | 18 Juni 2023, 02:05 WIB
Pemerintah Uganda menemukan jasad 41 orang, termasuk 38 anak-anak yang terbakar, penuh luka tembak, atau dibunuh dengan sadis dengan cara dibacok membabi buta setelah pemberontak diduga menyerang sebuah sekolah menengah dekat perbatasan dengan Kongo, kata wali kota setempat pada hari Sabtu (17/6/2023) (Sumber: New York Times)

KAMPALA, KOMPAS.TV - Pemerintah Uganda menemukan jasad 41 orang, termasuk 38 anak-anak yang terbakar, penuh luka tembak, atau dibunuh dengan sadis dengan cara dibacok membabi buta setelah pemberontak diduga menyerang sebuah sekolah menengah dekat perbatasan dengan Kongo, kata wali kota setempat pada hari Sabtu (17/6/2023), seperti dilaporkan Associated Press.

Setidaknya enam orang diculik oleh pemberontak yang melarikan diri melintasi perbatasan yang mudah ditembus ke Kongo setelah penyerangan pada Jumat malam, menurut militer Uganda.

Pemerintah Uganda menyalahkan pembantaian di Sekolah Menengah Lhubiriha di kota perbatasan Mpondwe pada Allied Democratic Forces, sebuah kelompok ekstremis yang mengaku terkait ISIS dan melancarkan serangan selama bertahun-tahun dari markas mereka di Kongo timur yang tidak stabil.

Korban termasuk siswa, seorang penjaga, dan dua anggota masyarakat setempat yang tewas di luar sekolah, kata Wali Kota Mpondwe-Lhubiriha, Selevest Mapoze, kepada Associated Press.

Mapoze mengatakan beberapa siswa mengalami luka bakar fatal ketika pemberontak membakar asrama dan yang lainnya ditembak atau dipenggal dengan parang.

Penyerangan itu terjadi sekitar Pukul 23.30, melibatkan sekitar lima penyerang, kata militer Uganda. Tentara dari sebuah brigade terdekat yang merespons serangan itu menemukan sekolah terbakar, "dengan jenazah siswa tergeletak di halaman," kata juru bicara militer, Brigadir Jenderal Felix Kulayigye, dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan tersebut menyebutkan 47 jenazah, dengan delapan orang lainnya terluka dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit setempat.

Baca Juga: Harus Hidupi 102 Anak dan 578 Cucu dari 12 Istri, Pria Gaek Uganda Ini Akhirnya Menyerah Minta Ampun

Pemerintah Uganda menemukan jasad 41 orang, termasuk 38 anak-anak yang terbakar, penuh luka tembak, atau dibunuh dengan sadis dengan cara dibacok membabi buta setelah pemberontak diduga menyerang sebuah sekolah menengah dekat perbatasan dengan Kongo, kata wali kota setempat pada hari Sabtu (17/6/2023). (Sumber: AP Photo)

Pasukan Uganda sedang "mengejar pelaku untuk menyelamatkan siswa yang diculik" yang dipaksa membawa makanan curian menuju Taman Nasional Virunga di Kongo, demikian pernyataan itu.

Sekolah swasta yang mendidik siswa laki-laki dan perempuan ini terletak di distrik Kasese, Uganda, sekitar 2 kilometer dari perbatasan Kongo.

Joe Walusimbi, pejabat yang mewakili Presiden Uganda di Kasese, mengatakan kepada AP melalui telepon bahwa beberapa korban "terbakar sampai tak dikenal."

Winnie Kiiza, seorang pemimpin politik berpengaruh dan mantan anggota parlemen dari wilayah tersebut, mengutuk "serangan mengerikan" itu di Twitter.

Dia mengatakan "serangan terhadap sekolah tidak dapat diterima dan merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak anak," menambahkan sekolah harus selalu "menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa."

ADF dituduh melancarkan banyak serangan dalam beberapa tahun terakhir yang menargetkan warga sipil di bagian terpencil Kongo timur. Kelompok itu jarang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan tersebut.

Baca Juga: Bangun Masjid Indonesia di Uganda, Ivan Gunawan: Pakai Hasil Keringat Saya Sendiri

Pemerintah Uganda menemukan jasad 41 orang, termasuk 38 anak-anak yang terbakar, penuh luka tembak, atau dibunuh dengan sadis dengan cara dibacok membabi buta setelah pemberontak diduga menyerang sebuah sekolah menengah dekat perbatasan dengan Kongo, kata wali kota setempat pada hari Sabtu (17/6/2023). (Sumber: AP Photo)

ADF lama menentang pemerintahan Presiden Uganda Yoweri Museveni, sekutu keamanan Amerika Serikat yang berkuasa di negara Afrika Timur ini sejak tahun 1986.

Kelompok tersebut didirikan awal tahun 1990-an oleh sejumlah Muslim Uganda yang mengatakan mereka telah dikesampingkan oleh kebijakan Museveni.

Pada saat itu, para pemberontak melakukan serangan mematikan di desa-desa Uganda dan juga di ibu kota, termasuk serangan tahun 1998 di mana 80 siswa dibantai di sebuah kota yang tidak jauh dari tempat serangan terbaru ini.

Serangan militer Uganda kemudian memaksa ADF ke Kongo timur, di mana banyak kelompok pemberontak dapat beroperasi karena pemerintah pusat Kongo punya kendali yang terbatas di sana.

Kelompok tersebut sejak itu menjalin hubungan dengan kelompok ISIS. Pada bulan Maret, setidaknya 19 orang tewas di Kongo oleh ekstremis ADF.

Otoritas Uganda selama bertahun-tahun bersumpah untuk memburu ADF bahkan di luar wilayah Uganda. Pada tahun 2021, Uganda melancarkan serangan udara dan artileri bersama di Kongo terhadap kelompok tersebut.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Associated Press


TERBARU