> >

Putin Blusukan usai Upaya Kudeta Wagner, Pengamat: Ingin Tunjukkan Dirinya Kaisar yang Kuat

Kompas dunia | 1 Juli 2023, 14:32 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) berswafoto dengan warga setempat dalam kunjungan kerjanya ke Republik Dagestan di Derbent, Rusia, Rabu, 28 Juni 2023. (Sumber: Gavriil Grigorov, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

 

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat blusukan untuk bertemu rakyat negaranya pada pekan ini.

Blusukan itu dilakukannya hanya sepekan setelah upaya kudeta yang dilakukan pemimpin perusahaan militer swasta Wagner Group, Yevgeny Prigozhin.

Putin terlihat menemui rakyat Rusia di Debent, Rabu (28/6/2023), bahkan mencium kening dan berswafoto dengan rakyatnya.

Hal tersebut merupakan sesuatu yang nyaris tak pernah dilakukan Putin sebelumnya.

Baca Juga: Tak Ada WNI Terdampak Kerusuhan Prancis Imbas Remaja 17 Tahun Tewas Ditembak Polisi

Itu juga menjadi yang pertama kali bagi Putin menemui rakyat secara langsung sejak pandemi Covid-19 melanda.

Apalagi hal itu terjadi tak lama setelah kekuasaannya nyaris dinodai dengan kudeta yang dilakukan bekas orang dekatnya tersebut.

Kremlin menekankan bahwa presiden tetap tunduk pada keamanan khusus. Tetapi Putin, kata Kremlin, tak dapat menolak orang-orang yang disebutnya datang untuk menunjukkan dukungan kepadanya tanpa diminta.

Menurut pengamat, blusukan itu dilakukan Putin untuk mengembalikan citranya yang sempat rusak karena pemberontakan Wagner.

“Sebagian elite Rusia menilai (Putin) sebagai kaisar yang kuat. Seorang kaisar kuat seharusnya tak membiarkan itu (pemberontakan) terjadi,” kata Greg Yudin, profesor filosofi politik dari Sekolah Ilmu Sosial dan Ekonomi Moskow, seperti dilansir Financial Times, Jumat (30/6/2023).

“Saya pikir ini belum berakhir, dan ia sadar akan itu,” tambah Yudin.

Baca Juga: Dikecam Hingga Diancam Dibunuh, Pelaku Pembakaran Al-Quran di Swedia Membela Diri

Meski pemberontakan yang terjadi berumur pendek, tanggapan Putin akan aksi tersebut menunjukkan tanda-tanda kelemahan.

Pada hari pemberontakan, Putin berjanji akan menghukum para pengkhianat. Namun, kemudian ia menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Prigozhin, dan mengizinkan para pemberontak kembali.

Bahkan ia tak memberikan hukuman berat kepada mereka.

"Cerita ini menunjukkan kerapuhan negara Rusia dan kepemimpinan Putin," ungkap Vladimir Gelman, pakar ilmu politik Rusia di Universitas Helsinki.

Menurut Gelman, apa yang dilakukan Kremlin dengan mempublikasikan aktivitas-aktivitas Putin seperti kunjungannya ke Derbent, merupakan upaya untuk "memulihkan status quo sebelumnya."

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Financial Times


TERBARU