> >

Lavrov: Rusia Siap Berunding soal Ukraina, tapi Tanpa Gencatan Senjata karena Pernah Dikibuli Kiev

Kompas dunia | 24 September 2023, 22:38 WIB
Menlu Rusia Sergey Lavrov kembali menyatakan siap berunding soal Ukraina tetapi tidak akan mempertimbangkan usulan gencatan senjata apa pun karena Moskow pernah dikibuli sebelumnya. (Sumber: TASS)

Lebih lanjut, Lavrov menjelaskan, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Eropa adalah "kerajaan tipu muslihat," yang sangat semangat dalam mengambil komitmen, namun tidak akan mereka penuhi, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam debat politik umum ke-78 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

"Pihak Amerika dan Eropa, yang biasa merendahkan negara-negara lain, sangat ingin memberikan janji dan mengambil komitmen, termasuk yang tertulis dan bersifat hukum, tetapi enggan untuk memenuhinya," kata Lavrov.

"Seperti yang dikatakan Presiden Rusia Vladimir Putin, Barat benar-benar adalah 'kerajaan tipu muslihat'," lanjut diplomat terkemuka Rusia tersebut.

"Sebuah tatanan dunia baru tengah terbentuk di depan mata kita," tambahnya. "Masa depan sedang mengambil bentuk dalam proses konfrontasi antara mayoritas global yang menuntut pembagian kekayaan global yang lebih adil dan menganjurkan keragaman dalam peradaban kita, dan sedikit orang yang menggunakan metode neo-kolonial untuk menundukkan dalam upaya untuk mempertahankan dominasi mereka yang sementara."

Baca Juga: Ukraina Klaim Laksamana Senior Rusia Tewas dalam Serangan Rudal ke Markas Armada Laut Hitam Krimea

Menlu Rusia Sergey Lavrov kembali menyatakan siap berunding soal Ukraina tetapi tidak akan mempertimbangkan usulan gencatan senjata apa pun karena Moskow pernah dikibuli sebelumnya. (Sumber: TASS)

Pada pertemuan tahunan pemimpin dunia tahun lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bersuara keras mengenai kelangsungan hidup manusia dan planet ini. Tahun ini, peringatan tersebut terdengar lebih keras dan lebih mengkhawatirkan, dan pesannya lebih mendesak: Bangun dan bertindak, sekarang juga, seperti laporan Associated Press, Sabtu, (23/9/2023).

Penilaian Sekjen PBB Antonio Guterres disampaikan dengan tegas, bertujuan untuk efek kejut. Kita tengah "kehilangan kendali," katanya. Kita semakin mendekati "patahan besar." Konflik, kudeta, dan kekacauan semakin meningkat. Krisis iklim semakin memburuk. Kesenjangan semakin dalam antara kekuatan militer dan ekonomi, antara utara kaya dan selatan miskin, antara timur dan barat. "Rubikon baru" telah dicapai dalam kecerdasan buatan.

Guterres sering berbicara tentang semua masalah ini. Tetapi tahun ini, yang ia sebut sebagai "waktu transisi yang kacau," pidatonya kepada para pemimpin menjadi lebih keras dan lebih mendesak. Dan jika melihat pidatonya sebelumnya tentang keadaan dunia, nampak jelas bahwa ia sudah menuju ke arah ini dalam waktu yang cukup lama.

Tahun ini, pesannya kepada para presiden dan perdana menteri, raja dan menteri yang berkumpul di ruang Sidang Umum PBB yang luas itu jelas dan tegas.

"Dunia kita sedang kehilangan kendali. Ketegangan geopolitik semakin meningkat. Tantangan global semakin mendesak. Dan sepertinya kita tidak mampu bersatu untuk merespons," kata Guterres kepada para pemimpin yang mengurus negara-negara di dunia ini. Ia mengatakan bahwa PBB dan cara negara-negara bekerja sama harus berkembang untuk menghadapi era ini.

"Dunia telah berubah. Institusi-institusi kita belum," kata Guterres sebelum pembukaan Debat Umum Sidang Umum PBB. "Kita tidak bisa secara efektif mengatasi masalah sebagaimana adanya jika institusi-institusi tersebut tidak mencerminkan dunia sebagaimana adanya. Alih-alih memecahkan masalah, mereka berisiko menjadi bagian dari masalah."

"Kita sepertinya tidak mampu," kata Guterres, "untuk bersatu dalam merespons."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : TASS / Associated Press


TERBARU