> >

AS Ketar-ketir Sengketa Kanada-India soal Pembunuhan Aktivis Sikh Bahayakan Strategi Melawan China

Kompas dunia | 8 Oktober 2023, 01:05 WIB
Hardeep Singh Nijjar (tengah), yang tewas ditembak di Kanada, Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau (kiri), dan PM India Narendra Modi (kanan). Pemerintahan Joe Biden di Amerika Serikat (AS) ketar-ketir dan dengan cemas memantau sengketa antara Kanada dan India, dengan beberapa pejabat AS yang khawatir hal ini bisa mengganggu strategi AS di Indo-Pasifik untuk menghadapi pengaruh China di wilayah tersebut dan di tempat lain. (Sumber: AP Photo)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Pemerintahan Joe Biden di Amerika Serikat (AS) ketar-ketir dan dengan cemas memantau sengketa antara Kanada dan India. Sejumlah pejabat AS rupanya khawatir hal ini bisa mengganggu strategi AS di Indo-Pasifik untuk menghadapi pengaruh China di wilayah tersebut dan di tempat lain.

Secara publik, pemerintahan AS menegaskan tuduhan PM Kanada Justin Trudeau bahwa pemerintah India mungkin terlibat dalam pembunuhan seorang separatis Sikh di dekat Vancouver adalah masalah antara dua negara.

Namun, pejabat AS telah berulang kali mendesak India untuk bekerja sama dalam penyelidikan tersebut. Berbagai seruan itu hingga saat ini diabaikan oleh India, yang membantah tuduhan tersebut.

Di balik layar, pejabat AS mengatakan mereka percaya klaim Trudeau adalah benar. Dan mereka khawatir PM India Narendra Modi mungkin mengadopsi taktik untuk membungkam tokoh-tokoh oposisi di luar negeri, mirip dengan yang digunakan oleh Rusia, Iran, Arab Saudi, dan Korea Utara, yang semuanya pernah dihadapkan pada tuduhan serupa, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Sabtu (7/10/2023).

Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah sengketa antara Kanada dan India bisa memiliki dampak besar pada salah satu prioritas kebijakan luar negeri utama pemerintahan ini: strategi Indo-Pasifik, yang bertujuan menghadapi peningkatan pengaruh dan tindakan tegas China di wilayah tersebut, menurut sejumlah pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonimitas karena sensitivitas ekstrem dari masalah ini.

Baik Kanada, sebuah negara di wilayah Pasifik dan sekutu NATO yang berbagi perbatasan dengan AS, maupun India, keduanya sangat penting dalam upaya yang dipimpin oleh AS untuk menampilkan front bersatu dan demokratis melawan tindakan tegas China yang dianggap AS semakin meningkat.

Selain menghadapi perang Rusia di Ukraina, pemerintahan AS paling fokus pada penanganan China sebagai pesaing dan potensi ancaman internasional bagi AS dan Barat yang ditimbulkan olehnya.

Baca Juga: Makin Panas, New Delhi Dilaporkan Minta Kanada Tarik 41 dari 62 Diplomatnya dari India

Bendera kaum Sikh, Khalistan, di British Columbia, Kanada. Hari Senin, (18/9/2023). Pemerintahan Joe Biden di Amerika Serikat ketar-ketir dan dengan cemas memantau sengketa antara Kanada dan India, dengan beberapa pejabat AS yang khawatir hal ini bisa mengganggu strategi AS di Indo-Pasifik untuk menghadapi pengaruh China di wilayah tersebut dan di tempat lain. (Sumber: AP Photo)

Untuk itu, pemerintahan AS meningkatkan upaya diplomatisnya di Indo-Pasifik, termasuk dengan menciptakan kelompok yang mengumpulkan Australia, Jepang, India, dan AS. Presiden Joe Biden memuji pembentukan kelompok yang disebut Quad sebagai kunci dari upaya tersebut.

Ketakutan, meskipun merupakan skenario terburuk yang dibayangkan oleh pembuat kebijakan AS, adalah sengketa ini akan memanas dengan cara yang sama dengan yang terjadi antara Inggris dan Rusia terkait tuduhan pembunuhan terhadap mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya di Salisbury, Inggris, tahun 2018.

Dalam kasus itu, Inggris menuduh Rusia melakukan upaya pembunuhan di wilayahnya dan mengusir 23 diplomat Rusia dari negara itu. Mereka juga meminta tindakan serupa dari sekutu NATO dan mitra Eropa mereka, yang hampir semua setuju untuk melakukannya.

Untuk bagian AS, mereka mengusir 60 diplomat Rusia dan memerintahkan penutupan konsulat Rusia di Seattle sebagai tanda solidaritas dengan sekutu Inggris mereka. Rusia merespons dengan tindakan yang serupa, termasuk menutup konsulat AS di St. Petersburg.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU