> >

Kelompok Bantuan Berjibaku Menolong Korban Perang Israel-Hamas Ditengah Blokade Gaza

Kompas dunia | 10 Oktober 2023, 14:15 WIB
Warga Palestina mengeluarkan satu jenazah usai serangan udara Israel di kamp pengungsi Jebaliya, Gaza, Senin, (9/10/2023). Kelompok bantuan berjibaku membantu warga yang terjebak perang Israel dan Hamas, serta menentukan operasi bantuan mana yang masih aman untuk dilanjutkan, Selasa, (10/10/2023). (Sumber: The Associated Press)

Rumah Sakit Indonesia di Bait Lahiya, Gaza Utara, sudah tidak mampu menampung korban tewas akibat serangan Israel terhadap Palestina.

Baca Juga: Militan Palestina Hamas Pastikan Sekutunya Bakal Ikut Bertempur Jika Israel Hancurkan Gaza

"Bahkan saya dapatkan info dari salah satu teman saya relawan MER-C, kamar-kamar jenazah Rumah Sakit Indonesia sekarang sudah tidak bisa menampung mayat yang berdatangan terus-menerus."

"Memang korban ini akan terus bertambah karena banyaknya korban yang masih di dalam reruntuhan dan masih dalam pencarian evakuasi oleh medis Palestina," ujarnya.

Perang juga sangat mengganggu pekerjaan yang dilakukan Mercy Corps untuk menyediakan kebutuhan dasar seperti makanan dan air bagi warga Gaza, kata Arnaud Quemin, direktur regional Timur Tengah untuk organisasi tersebut.

Saat ini, kata dia, tim di lapangan mencoba mencari skenario yang memungkinkan mereka untuk kembali bekerja. Blokade makanan dan persediaan lain ke Gaza adalah kekhawatiran besar, "Kami sangat prihatin dengan perkembangan saat ini karena terlihat bahwa keadaan akan semakin buruk - sangat segera," kata Quemin.

Penutupan Gaza, katanya, akan menciptakan "kebutuhan darurat kemanusiaan dengan cepat." Pemerintah juga sedang mempertimbangkan bagaimana cara merespons.

Seiring dengan intensitas pertempuran, Uni Eropa Senin malam membatalkan pengumuman sebelumnya oleh komisioner Uni Eropa bahwa mereka "segera" menghentikan bantuan untuk otoritas Palestina. Sebaliknya, kelompok 27 negara tersebut mengatakan akan segera meninjau ulang bantuan yang mereka berikan sebagai tanggapan terhadap serangan Hamas terhadap Israel. Dua negara Eropa, Jerman dan Austria, mengatakan mereka menghentikan bantuan pembangunan untuk wilayah Palestina.

Baca Juga: Israel Blokade Total Jalur Gaza, Tak Ada Listrik, Air dan Makanan bagi Rakyat Palestina

Sebuah gedung di Gaza yang meledak akibat serangan presisi Israel hari Sabtu, (7/10/2023). Militer Israel mengirimkan empat divisi pasukan serta tank ke perbatasan Gaza, bergabung dengan 31 batalyon yang sudah berada di daerah tersebut. (Sumber: AP Photo)

Sementara itu, beberapa organisasi meningkatkan upaya bantuan di Israel, yang mengalami pengungsian akibat kekerasan. Naomi Adler, CEO Hadassah, Organisasi Zionis Wanita Amerika, mengatakan sebuah pusat trauma di Yerusalem yang dimiliki oleh organisasi ini sedang merawat tentara Israel dan warga sipil yang terluka. Sekitar 90 persen pasien di pusat tersebut saat ini adalah tentara, yang biasanya yang pertama kali dibawa untuk luka-luka traumatis, kata Adler. Namun, pusat ini juga menerima siapa pun yang terluka atau cedera di negara tersebut.

Komite Gabungan Yahudi Amerika, sebuah organisasi kemanusiaan Yahudi, mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka mengaktifkan tim tanggap darurat mereka di Israel, di mana mereka menjalankan program-program untuk mendukung orang dengan disabilitas, orang tua, anak-anak, dan keluarga yang terdampak oleh perang dan konflik sebelumnya.

Organisasi ini mengatakan mereka bekerja dengan mitra-mitra mereka, termasuk pemerintah Israel, untuk mengatasi apa yang mereka sebut sebagai darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti laporan Associated Press, Selasa, (10/10/2023).

Perang Israel - Hamas ini menghasilkan korban tewas, luka-luka dan trauma di pihak warga sipil kedua belah pihak, termasuk perempuan, anak-anak dan lansia.

Salah satu organisasi yang membantu anak-anak Palestina juga mengubah fokusnya. Steve Sosebee, presiden Palestine Children's Relief Fund, sebuah lembaga amal berbasis di AS yang membantu anak-anak yang membutuhkan perawatan medis untuk perjalanan ke AS, mengatakan bahwa mengingat perang ini, dana tersebut kini beralih dari program jangka panjang ke kebutuhan yang lebih mendesak seperti makanan, obat-obatan, pakaian, dan jenis bantuan kemanusiaan dasar lainnya. Tetapi seperti yang lainnya, dia mencatat blokade dan risiko keamanan bagi staf Gaza membuatnya lebih sulit untuk melakukannya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Associated Press


TERBARU