> >

Putin Sebut Israel Berhak Membela Diri, Tapi Serukan Kemerdekaan Palestina Jadi Solusi Konflik

Kompas dunia | 15 Oktober 2023, 11:16 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) bersama Presiden Kirgizstan Sadyr Japarov saat tiba di Bishkek, Kirgizstan , Jumat (13/10/2023). (Sumber: Sergei Karpukhin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

BISHKEK, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Israel memang berhak membela diri.

Meski begitu, ia juga menyerukan kemerdekaan Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota-nya bakal jadi solusi untuk perang Palestina-Israel.

Putin mengungkapkannya pada pertemuan puncak Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kirgizstan, pada Jumat (13/10/2023).

Ia mengatakan tak ada alternatif untuk solusi negosiasi dari konflik Palestina dan Israel.

Baca Juga: Janji Kementerian Kesehatan Palestina Tak Akan Tinggalkan Rumah Sakit Gaza, Tak Takut Ancaman Israel

“Tujuan negoasiasi seharusnya mengimplementasikan formula dua negara yang diajukan PBB, yang menyiratkan pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota, hidup berdampingan secara damai dengan Israel, yang kita lihat telah diserang dengan kebrutalan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya dikutip dari NDTV.

“Tentu saja, mereka (Israel) berhak membela diri. Mereka memiliki hak untuk memastikan perdamaian mereka tercipta,” tambahnya.

Ia pun menegaskan sangat krusial untuk segera memecahkan masalah ini dalam arti perdamaian.

“Dari yang saya lihat, pada situasi seperti ini dan saat sekatang ini, jelas taka da alternatif (untuk dua negara merdeka),” kata Putin.

Putin sebelumnya mengecam blokade Israel di Gaza.

Bahkan ia menyamakan apa yang dilakukan Israel itu sama seperti yang Nazi lakukan kala mengepung Leningrad (saat ini St. Petersburg).

Baca Juga: Warga Gaza Menolak Perintah Israel untuk Kabur: Tak Ada Tempat Aman di Mana Saja

“Menurut pandangan saya itu sama sekali tak bisa diterima,” kata Putin.

“Lebih dari dua juta orang tinggal di sana. Banyak juga dari mereka yang tak mendukung Hamas, banyak, tetapi mereka semua tersiksa, termasuk perempuan dan anak-anak. Tentu saja sulit bagi semua orang untuk setuju akan ini,” ucapnya.

Israel memutus listrik, pasokan makanan dan kebutuhan di Gaza setelah serangan yang dilakukan Hamas pada Sabtu (7/10).

Gaza sendiri sejak 2007 diisolir oleh Israel dengan blokade besar-besaran setelah Hamas menguasai wilayah tersebut.

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Gading-Persada

Sumber : NDTV


TERBARU