> >

Rincian Kesepakatan Israel-Hamas soal Gencatan Senjata, Pertukaran Tawanan, dan Bantuan Kemanusiaan

Kompas dunia | 22 November 2023, 18:17 WIB
Warga Palestina memeriksa kehancuran yang disebabkan bombardir Israel ke Jalur Gaza di Deir al Balah, Rabu, 22 November 2023. (Sumber: AP Photo/Hatem Moussa)

Saluran TV Israel, Channel 12 melaporkan, sebagai bagian dari perjanjian, Israel akan memperbolehkan jumlah bahan bakar dan bantuan kemanusiaan yang "signifikan" masuk ke Gaza, tetapi tidak merinci seberapa banyak.

Israel sangat membatasi jumlah bantuan, terutama bahan bakar, yang diperbolehkan masuk ke Gaza selama perang. Hal itu menyebabkan terjadinya kekurangan air, makanan, dan bahan bakar untuk mengoperasikan generator.

Pertempuran diperkirakan akan mengalami jeda sementara. Pesawat jet dan pasukan Israel akan menahan tembakan, sementara Hamas diwajibkan untuk tidak menembakkan roket ke Israel.

Hamas mengatakan pesawat tempur Israel akan berhenti terbang di atas selatan Gaza selama gencatan senjata empat hari dan selama enam jam setiap hari di utara Gaza.

Israel tidak menyebutkan mengenai menghentikan penerbangan, dan tidak jelas apakah ini akan mencakup drone intelijen canggih Israel, yang selalu hadir di atas Gaza.

Baca Juga: Netanyahu: Serangan atas Gaza Berlanjut Usai Pelaksanaan Gencatan Senjata dan Pertukaran Tawanan

Warga Palestina melaksanakan salat jenazah bagi korban serangan Israel ke kamp pengungsi Jabaliya, di Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Sabtu, 18 November 2023. (Sumber: AP Photo/Ahmed Alarini)

Apa yang Tidak Masuk dalam Kesepakatan?

Meskipun beberapa keluarga Israel akan senang karena orang-orang terkasih mereka kembali, sebagian besar dari mereka yang ditahan Hamas, akan tetap berada di Gaza, termasuk pria, perempuan, orang tua, dan warga negara asing.

Keluarga yang tidak termasuk dalam kesepakatan saat ini berkemungkinan besar akan terus menekan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mencoba mengamankan pembebasan orang-orang yang mereka cintai dengan kesepakatan di masa depan.

Menurut surat kabar Israel, Haaretz, dalam kesepakatan ini, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) akan mendatangi orang-orang yang masih ditahan Hamas dan memberikan mereka obat-obatan yang mungkin mereka butuhkan. Baik Hamas maupun Israel tidak mengonfirmasi detail tersebut.

Meskipun gencatan senjata akan memberikan kelegaan singkat bagi warga Palestina di Gaza, ratusan ribu yang melarikan diri dari zona pertempuran dan menuju selatan, diperkirakan tidak dapat kembali.

Pasukan Israel diperkirakan akan tetap berada di posisinya di utara Gaza dan tidak akan mundur.

Baca Juga: Israel Perintahkan Pengosongan Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dalam 4 Jam atau Hadapi Serbuan Frontal

Keluarga orang-orang Israel yang ditahan Hamas dan puluhan ribu pendukung mereka tiba di Yerusalem, Sabtu (18/11/2023), setelah lima hari perjalanan untuk menuntut penjelasan pemerintahan Benjamin Netanyahu terkait nasib mereka. (Sumber: AP Photo)

Apa Implikasi Kesepakatan Ini?

Perjanjian ini hanya menawarkan jeda pertempuran singkat. Israel yang mengeklaim serangannya bertujuan menghancurkan Hamas dan menyelamatkan orang-orangnya yang ditahan, diperkirakan akan melanjutkan dari titik di mana mereka berhenti setelah empat hari berakhir.

Pada Selasa (21/11/2023), Netanyahu mengatakan gencatan senjata akan memungkinkan tentara mempersiapkan diri untuk pertempuran yang terus berlanjut dan tidak akan mempengaruhi upaya perangnya.

Begitu gencatan senjata berakhir, serangan udara Israel berkemungkinan besar akan dilanjutkan, dan pasukan Israel akan melanjutkan gerakannya ke seluruh utara Gaza sebelum ke selatan pada waktu yang belum diketahui. Warga Gaza harus bersiap untuk kembali digempur Israel.

Kesepakatan ini juga tampaknya memperkuat posisi Hamas. Jeda pertempuran akan memberinya waktu untuk merencanakan, mengubah posisi kombatan, dan mungkin melakukan pengelompokan kembali atau regrouping setelah Israel mengeklaim berhasil membunuh sejumlah besar kombatannya dan menghancurkan banyak aset militer kelompok tersebut.

Sifat bertahap dari kesepakatan ini juga membuka peluang bagi Hamas untuk meningkatkan tuntutannya sewaktu-waktu, dengan asumsi Israel akan memberi lebih banyak konsesi untuk pelepasan lebih banyak orang-orang yang ditahannya.

Yehya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza dan otak dari serangan 7 Oktober, juga bisa mencoba mengubah jeda empat hari dalam pertempuran menjadi gencatan senjata yang lebih lama dengan menawarkan pembebasan lebih banyak orang-orang yang ditahannya.

Gencatan senjata yang lebih lama akan membuat Israel lebih sulit untuk memulai kembali perang, baik secara operasional maupun di mata opini publik global.

Pemerintah Israel akan menghadapi tekanan domestik yang meningkat untuk mengamankan pembebasan lebih banyak orang-orang yang ditahan Hamas.

Keluarga yang tidak termasuk dalam kesepakatan saat ini hanya akan menjadi lebih bertekad untuk melihat orang-orang terkasih mereka dibebaskan setelah melihat kelompok-kelompok pertama meninggalkan Gaza.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press, Al Jazeera


TERBARU