> >

Sekjen PBB Ungkap Malapetaka di Depan Mata Jelang Serbuan Israel ke Rafah, Desak Gencatan Senjata

Kompas dunia | 9 Februari 2024, 08:15 WIB
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Kamis (8/2/2024) mendesak gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza sebelum malapetaka mengerikan terjadi di Rafah jika Israel melaksanakan operasi militer di kota selatan tersebut dengan intensitas yang sama seperti di wilayah lain. (Sumber: Anadolu)

NEW YORK, KOMPAS.TV - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Kamis (8/2/2024) mendesak gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza sebelum malapetaka mengerikan terjadi di Rafah jika Israel melaksanakan operasi militer di kota selatan tersebut dengan intensitas yang sama seperti di wilayah lain.

Sebelumnya, PM Israel Benyamin Netanyahu perintahkan pasukan Israel mulai bergerak merangsek ke Rafah, tempat terakhir yang dianggap aman oleh ratusan ribu pengungsi Gaza yang diusir Israel dari Gaza Utara dan Gaza Tengah.

Antonio Guterres dalam konferensi pers kemarin mengatakan lebih satu juta dari 2,3 juta penduduk Gaza terdorong ke Rafah mencari perlindungan dari serangan militer Israel.

"Mereka tidak punya tempat untuk pergi. Mereka tidak punya rumah dan tidak ada harapan," kata Guterres.

"Mereka tinggal di tempat penampungan sementara yang penuh sesak dalam kondisi tidak sehat tanpa air bersih, listrik, dan pasokan makanan yang memadai," ungkap Guterres seperti dilaporkan oleh Associated Press, Jumat (9/2).

Guterres mengutuk pelanggaran hukum humaniter internasional oleh Israel, yang mencakup perlindungan warga sipil dan memastikan kebutuhan pokok mereka terpenuhi. Namun, dia juga mengecam pelanggaran oleh Hamas selama serangan militan pada 7 Oktober yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 orang.

Ditanya apakah ada rencana darurat bagi warga sipil di Rafah untuk pergi ke tempat lain dan apakah dia akan mendorong pembukaan perbatasan ke Mesir, Guterres menjawab, "Saya pikir kita harus mendorong untuk menghindari tragedi daripada mendorong hal-hal yang memfasilitasi tragedi."

Sejak perang dimulai, Mesir menolak tegas panggilan untuk menerima eksodus massal warga Palestina.

Baca Juga: Respons Hamas Usai Netanyahu Tolak Gencatan Senjata: Kami Siap Hadapi Semua Opsi

Warga Palestina tiba di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza, diintai sebuah tank Israel, Jumat, (26/1/2024). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza sebelum malapetaka mengerikan terjadi di Rafah jika Israel melaksanakan operasi militer di kota selatan tersebut dengan intensitas yang sama seperti di wilayah lain. (Sumber: AP Photo/Fatima Shbair)

Mesir khawatir Israel tidak akan membiarkan mereka kembali ke Gaza dan mengatakan tidak ingin menjadi bagian dari pembersihan etnis. Mesir juga memperingatkan bahwa militan dari Gaza dapat masuk ke Sinai bersama dengan para pengungsi.

Utusan khusus PBB untuk Timur Tengah Tor Wennesland memperingatkan konsekuensi maha malapetaka dari serangan Israel yang akan segera terjadi ke kota selatan Gaza, Rafah, yang akan memutus satu-satunya jalur masuk bantuan kemanusiaan.

Tor Wennesland mengatakan dalam konferensi pers PBB bahwa pembicaraan intensif sedang berlangsung antara Israel dan Mesir mengenai apa yang dapat dilakukan di Koridor Philadelphia, sebuah zona sempit di perbatasan Gaza dengan Mesir. Koridor ini tidak bersenjata sesuai dengan ketentuan perjanjian perdamaian Israel-Mesir tahun 1979.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bulan lalu bahwa Hamas terus menyelundupkan senjata melalui perbatasan, klaim yang dengan tegas dibantah oleh Mesir, dan perang tidak dapat berakhir "sampai kita menutup kebocoran ini," merujuk kepada koridor tersebut.

Wennesland mengatakan tidak melihat cara lain untuk keluar dari sengketa ini selain dengan kedua belah pihak duduk dan berbicara. Ia menambahkan bahwa dia yakin masalah ini ada dalam agenda kunjungan terakhir Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Kairo dan pembicaraan saat ini di Israel.

Koordinator khusus PBB untuk proses perdamaian di Timur Tengah mengatakan bahwa setiap kesepakatan tentang gencatan senjata berkelanjutan di Gaza akan sangat sulit untuk disusun karena rincian dan pengaturan yang perlu diatur.

Wennesland mengatakan dia akan berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan anggota tetap Dewan Keamanan di New York, lalu pergi ke Washington untuk pertemuan dengan pejabat AS tentang "bagaimana kita bisa menemukan jalan keluar dari krisis ini" dan mengatasi hambatan serius terhadap kesepakatan.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU