> >

Presiden Senegal 2 Periode Tunda Pilpres, Negara Demokrasi Paling Stabil di Afrika Terancam Kudeta

Kompas dunia | 9 Februari 2024, 08:15 WIB
Presiden Senegal Macky Sall. (Sumber: AP Photo/Rafiq Maqbool, File)

DAKAR, KOMPAS.TV - Pengumuman Presiden Senegal Macky Sall yang menunda pemilihan presiden (pilpres) hingga batas waktu yang belum ditentukan membuat negara tersebut memanas.

Pengumuman itu diungkapkan oleh Sall pada pekan lalu, padahal seharusnya pemilihan presiden dilaksanakan seharusnya pada 25 Februari.

Bahkan polisi anti huru-hara mengusir paksa anggota parlemen oposisi demi melanggengkan keputusan Sall.

Baca Juga: Zelenskyy Copot Panglima Militer Lendaris Jenderal Zaluzhny, Spekulasi Merebak

Sall, yang sudah berkuasa selama dua periode akan menghabiskan masa jabatannya pada 2 April dan menegaskan tak akan kembali mencalonkan diri menegaskan penundaan itu diperlukan.

Dikutip dari Al-Jazeera, Kamis (8/2/2024), menurutnya hal itu harus dilakukan karena adanya perselisihan mengenai daftar calon yang disetujui dalam pilpres.

Ada spekulasi yang mengatakan ia menunda pemilihan presiden karena tak yakin dengan popularitas Perdana Menteri Amadou Ba, kandidat dari koalisi Sall, Benno Bokk Yakkar (BBY), yang telah disetujui Dewan Konstitusi Senegal.

Ini menjadi pertama kalinya pilpres ditunda di negara yang dikenal sebagai negara demokrasi paling stabil di Afrika itu.

Banyak rakyat Senegal tak senang dengan penundaan ini, dan merasa bahwa Sall berupaya bertahan di kekuasaan lebih lama dengan penundaan ini.

Partai oposisi pun telah meluncurkan tantangan legal untuk membalikkan keputusan penundaan itu.

Banyak warga Senegal berdemonstrasi di Dakar, setelah Sall meluncurkan pernyataan penundaan tersebut, tetapi kemudian dibubarkan polisi.

Selain itu, seperti dilansir The East African, pengumuman itu membuat ketakutan akan adanya demonstrasi besar-besaran, juga tekanan dengan kekerasan.

Selain itu, juga kemungkinan terjadinya kudeta lainnya di Afrika Barat.

Sebelumnya, kudeta terjadi di beberapa negara Afrika Barat sejak 2020, yaitu di Mali yang hingga dua kali terjadi, serta Burkina Faso pada 2022.

Sedangkan pada Juli 2023, militer mengambil alih dan mengudeta Niger.

Baca Juga: Netanyahu Perintahkan Pasukan Israel Merangsek ke Rafah, Malapetaka Besar Mengintai Pengungsi Gaza

Senegal sendiri tak pernah mengalami kudeta sejak merdeka pada 1966, dan hingga kini disebut sebagai negara demokrasi paling stabil di Afrika.

 

Seja 1966, di Senegal terjadi tiga kali transisi kekuasaan secara damai.

Yang pertama adalah pada 1980 dari Leopold Senghor ke Abdou Diouf, kemudian pada 2000 dari Abdou Diouf ke Abdoulaye Wade, dan pada 2012 dari Wade ke Sall.

Penulis : Haryo Jati Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Al-Jazeera/The East African


TERBARU