> >

Media Asing Ramai Beritakan Prabowo Unggul di Pilpres 2024: Winter is Coming

Kompas dunia | 15 Februari 2024, 18:15 WIB
Foto Prabowo Subianto semasa muda ditampilkan di layar besar saat kampanye akbar Prabowo-Gibran di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 10 Februari 2024. (Sumber: Dita Alangkara/Associated Press)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Media-media mancanegara ramai memberitakan keunggulan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam Pilpres 2024. Media asal Inggris Raya, The Guardian mendeskripsikan peluang besar Prabowo menjadi presiden ini dengan kalimat, "Winter is coming. (Musim dingin telah tiba)."

The Guardian menyorot profil Prabowo sebagai mantan komandan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ketika Soeharto menjabat sebagai presiden. Aksi Kopassus menculik dan menyiksa aktivis pada 1998, disorot.

"Dari 22 aktivis yang diculik pada tahun itu, 13 masih hilang. Prabowo selalu membantah terlibat dan tidak pernah didakwa sehubungan dugaan tersebut, tetapi sejumlah bawahannya diadili dan dipidana. Prabowo sebelumnya dilarang masuk Amerika Serikat (AS)," demikian tulis The Guardian, Kamis (15/2/2024).

"Prabowo juga dituduh terlibat dalam pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia di Papua dan Timor Leste, termasuk pembantaian 1983 yang membuat ratusan orang, sebagian besar laki-laki, dibunuh di Desa Kraras, Timor. Ia membantah dugaan tersebut."

Baca Juga: Jokowi Mengaku sudah Bertemu Prabowo-Gibran dan Ucapkan Selamat

The Guardian pun mewawancara kalangan aktivis yang mengkhawatirkan akuntabilitas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu semakin kabur jika Prabowo menjadi presiden. Kalangan aktivis juga mengkhawatirkan penegakan HAM pada masa mendatang.

"Winter is coming, apa pun namanya. Namun, perjuangan harus dilanjutkan, semua pelaku (pelanggaran HAM) harus dibawa ke pengadilan," kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid.

Kantor berita Associated Press turut mengangkat profil Prabowo Subianto seiring keunggulan telak yang ditunjukkan hasil-hasil hitung cepat. AP menyorot strategi kampanye Prabowo yang mengaku akan meneruskan arah kebijakan Presiden RI Joko Widodo.

Associated Press menuliskan masa kecil Prabowo yang sebagian besar dihabiskan di luar negeri. Pasalnya, ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo menjadi eksil ketika menentang Presiden Soekarno.

Keluarga Djojohadikusumo kemudian kembali ke Indonesia usai Jenderal Soeharto berkuasa. Prabowo pun masuk ke Akademi Militer pada 1970 lalu menjadi komandan Kopassus, pergi ke Yordania usai dipecat menyusul Reformasi 1998.

"Prabowo Subianto kembali dari Yordania pada 2008, dan membantu mendirikan Partai Gerindra. Ia maju pemilihan presiden dua kali, kalah dari (Joko) Widodo dalam dua kesempatan tersebut. Ia menolak mengakui hasil pilpres pada awalnya, tetapi kemudian menerima tawaran Joko Widodo untuk posisi menteri pertahanan pada 2019 atas nama persatuan," demikian tulis Associated Press.

"Ia telah berjanji untuk melanjutkan rencana pembangunan Joko Widodo, yang mengapitalisasi cadangan gas, minyak, batu bara, dan nikel Indonesia yang melimpah dan memimpin ekonomi terbesar di Asia Tengara memasuki satu dekade pertumbuhan cepat dan modernisasi yang meluaskan jaringan jalan dan rel negara tersebut."

Menurut hasil penghitungan resmi (real count) KPU dengan 43,93 persen suara masuk, Prabowo-Gibran unggul dengan 56,32 persen suara. 

"Prabowo sendiri telah berpidato di Istora Senayan, Jakarta seiring hasil-hasil hitung cepat (quick count) yang mengunggulkannya ditampilkan, Rabu (14/2) malam. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo berjanji kemenangannya akan menjadi "kemenangan untuk seluruh rakyat Indonesia."

“Semua lembaga survei, termasuk lembaga-lembaga yang berada di pihak-pihak paslon lain menunjukkan angka-angka yang memang paslon Prabowo-Gibran menang sekali putaran," kata Prabowo di Istora Senayan, Sabtu (14/2).

Baca Juga: Hasil Hitung Cepat Litbang Kompas: 8 Parpol Raih Lebih dari 4 Persen Suara

“Saya bersama Mas Gibran berpesan, menyampaikan, walaupun kita bersyukur, kita tidak boleh sombong, kita tidak boleh jumawa, kita tidak boleh euforia, kita tetap harus rendah hati, kemenangan ini harus menjadi kemenangan untuk seluruh rakyat Indonesia.”
 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU