> >

Warga Sipil Gaza Tewas Dibunuh Israel Tembus 30 Ribu Orang, 70 Ribu Luka, Ribuan Masih Tertimbun

Kompas dunia | 29 Februari 2024, 20:53 WIB
Warga Palestina mengantri bantuan makanan di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, (21/12/2023). Pasukan Israel hari Kamis (29/2/2024),menembaki kerumunan warga Palestina yang menunggu bantuan di Kota Gaza, lebih dari 104 pengungsi warga Gaza yang kelaparan tewas, membuat jumlah total korban tewas yang dibunuh serangan Israel menembus 30.000 warga sipil. (Sumber: AP Photo)

RAFAH, KOMPAS.TV - Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan jumlah warga Palestina yang tewas dibunuh Israel mencapai 30.035, dengan 70.457 lainnya terluka. Sekitar dua pertiganya perempuan dan anak-anak, seperti laporan Associated Press, Kamis (29/2/2024).

Pada Kamis, pasukan Israel menembaki kerumunan warga Palestina yang menunggu bantuan di Kota Gaza. Lebih dari 104 warga Gaza yang kelaparan tewas, membuat jumlah total korban tewas yang dibunuh serangan Israel menembus 30.000 warga sipil.

Awalnya, pejabat rumah sakit melaporkan adanya serangan udara Israel terhadap kerumunan tersebut. Namun, saksi mata kemudian menyebutkan pasukan Israel menembaki warga yang sedang mengambil tepung dan barang kaleng dari truk.

Militer Israel menolak memberikan pernyataan resmi tentang peran pasukan mereka dalam insiden tersebut.

Kota Gaza dan sekitarnya di utara enklave menjadi sasaran pertama serangan udara, laut, dan darat Israel, sebagai respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober. Daerah ini mengalami kerusakan luas dan sebagian besar terisolasi selama konflik ini. Pengiriman bantuan makanan mencapai utara Gaza pekan ini, yang merupakan pengiriman bantuan besar pertama dalam sebulan, kata pejabat pada hari Rabu.

Kelompok bantuan menyatakan hampir tidak mungkin memberikan bantuan kemanusiaan di sebagian besar Gaza karena sulitnya berkoordinasi dengan militer Israel, sengitnya pertempuran, dan runtuhnya ketertiban umum, dengan kerumunan orang yang putus asa menghancurkan konvoi bantuan.

Baca Juga: Pasukan Israel Bantai Warga Palestina yang Tunggu Bantuan Pangan, Sedikitnya 77 Terbunuh

Kamp pengungsi warga Palestina di Rafah, Jalur Gaza, Selasa, (27/2/2024). Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan jumlah warga Palestina yang tewas dibunuh Israel mencapai 30.035, dengan 70.457 lainnya terluka. Sekitar dua pertiganya perempuan dan anak-anak. (Sumber: AP Photo)

PBB menyatakan seperempat dari 2,3 juta penduduk Gaza kini mengalami kelaparan; sekitar 80% dari mereka telah meninggalkan rumah mereka.

Kamel Abu Nahel, yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Shifa akibat luka tembak, mengatakan ia dan yang lainnya pergi ke titik distribusi di tengah malam karena mendengar akan ada pengiriman makanan. "Kami sudah makan pakan hewan selama dua bulan," katanya.

Ia mengatakan pasukan Israel menembaki kerumunan, membuat mereka berhamburan, dan sebagian orang bersembunyi di bawah mobil.

Setelah tembakan berhenti, mereka kembali ke truk, dan tentara kembali menembaki. Ia tertembak di kaki dan terjatuh, dan kemudian sebuah truk melintas lalu menabrak kakinya, katanya.

Pada Kamis, petugas medis tiba di tempat kejadian dan menemukan "puluhan atau ratusan" orang tergeletak di tanah, kata Fares Afana, kepala layanan ambulans di Rumah Sakit Kamal Adwan. Ia mengatakan tidak cukup ambulans untuk mengangkut semua yang tewas dan terluka, dan sebagian di antaranya dibawa ke rumah sakit dengan kereta keledai.

Selain sedikitnya 104 orang tewas, sekitar 760 lainnya terluka dalam pembantaian tersebut, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qidra. Kementerian Kesehatan menyebutnya sebagai "pembantaian".

Baca Juga: PBB: Israel Perlakukan Perempuan Palestina Tidak Manusiawi, Dipaksa Lepas Hijab, Dipukuli, Dibunuh

Masyarakat Palestina menunggu bantuan kemanusiaan di pantai Kota Gaza, 25 Februari 2024. (Sumber: Mahmoud Essa/Associated Press)

Hamas dan kelompok militan lainnya masih menyandera sekitar 100 warga Israel dan jenazah sekitar 30 orang, setelah melepaskan sebagian besar tawanan lainnya selama gencatan senjata November.

Kekhawatiran meningkat terhadap kelaparan di seluruh Gaza memicu desakan internasional agar Israel melakukan gencatan senjata, sementara AS, Mesir, dan Qatar sedang berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan pertempuran dan melepaskan sebagian sandera.

Para mediator berharap dapat mencapai kesepakatan sebelum bulan suci Ramadan dimulai sekitar 10 Maret. Namun, hingga kini, Israel dan Hamas masih jauh dari kata sepakat.

Sementara itu, pejabat PBB telah memperingatkan adanya korban massal lebih lanjut jika Israel melanjutkan ancamannya untuk menyerang kota paling selatan, Rafah, tempat lebih dari setengah dari 2,3 juta penduduk Gaza berlindung. Mereka juga mengatakan bahwa serangan Rafah dapat menghancurkan sisa operasi bantuan.

Beberapa ratus ribu warga Palestina diyakini tetap tinggal di utara Gaza meskipun diperintahkan oleh Israel untuk meninggalkan area tersebut pada Oktober, dan banyak dari mereka harus makan pakan hewan untuk bertahan hidup. PBB menyebutkan bahwa satu dari enam anak di bawah usia 2 tahun di utara mengalami kelaparan akut.

COGAT, badan militer Israel yang bertanggung jawab atas urusan sipil Palestina, mengatakan sekitar 50 truk bantuan memasuki utara Gaza pekan ini. Tidak jelas siapa yang mengirimkan bantuan tersebut. Beberapa negara juga telah melakukan pengiriman udara dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga: 30.000 Tentara Israel Jalani Perawatan Mental sejak Serangan ke Gaza, 200 Orang Disebut Sakit Jiwa

Seorang ibu Palestina menangis di dekat jenazah anaknya yang dibunuh serangan Israel di Jalur Gaza, di sebuah ruang jenazah di Khan Younis, Selasa, (27/2/2024). (Sumber: AP Photo/Hatem Ali)

Program Pangan Dunia WFP mengatakan awal bulan ini bahwa mereka menghentikan pengiriman ke utara karena kekacauan yang semakin meningkat, setelah warga Palestina mengosongkan konvoi saat dalam perjalanan.

Sejak melancarkan serangan terhadap Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober, Israel melarang masuknya makanan, air, obat-obatan, dan pasokan lainnya kecuali sejumlah bantuan yang masuk ke selatan dari Mesir di perlintasan Rafah dan perlintasan Kerem Shalom milik Israel.

Meskipun ada seruan internasional untuk memperbolehkan masuk lebih banyak bantuan, jumlah truk pasokan jauh lebih sedikit dari 500 yang masuk setiap hari sebelum perang.

COGAT pada Rabu (28/2) berkilah Israel tidak memberlakukan batasan jumlah bantuan yang masuk, malah menyalahkan badan-badan PBB atas penumpukan bantuan, mengatakan ratusan truk menunggu di sisi Palestina di Kerem Shalom agar pekerja bantuan mengumpulkannya.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric pada hari Rabu membantah, dengan mengatakan truk besar yang masuk Gaza harus dikosongkan dan dimuat ke truk kecil, tetapi tidak cukup truk dan keamanan yang kurang untuk mendistribusikan bantuan di Gaza.

Polisi yang dikelola oleh Hamas di Gaza berhenti melindungi konvoi setelah Israel menyerang mereka di dekat perlintasan.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU