> >

PBB Khawatir 70 Pengungsi Rohingya Hilang atau Tewas akibat Kapal Tenggelam di Perairan Meulaboh

Kompas dunia | 23 Maret 2024, 08:33 WIB
Pengungsi Rohingya berdiri di atas perahu mereka yang terbalik sebelum diselamatkan di perairan lepas pantai Aceh Barat, Indonesia, Kamis, 21 Maret 2024. Perahu kayu yang membawa puluhan muslim Rohingya terbalik di lepas pantai paling utara Indonesia pada hari Rabu, menurut nelayan setempat. (Sumber: AP Photo)

Soliya Begum, seorang penyintas berusia 18 tahun, menceritakan kepada Associated Press bahwa kapten menenggelamkan kapal dan melarikan diri ke kapal lain dengan awak kapalnya ketika kapal mulai berair.

Ceritanya belum dapat segera dikonfirmasi. Terkadang, orang sengaja menenggelamkan kapal pengungsi untuk memaksa penyelamat dari negara tujuan untuk membawa penumpangnya ke darat, tetapi biasanya tindakan tersebut dilakukan lebih dekat ke daratan.

Penyintas lainnya, Akram Ullah, 30 tahun, mengatakan kepada AP bahwa kapal itu berangkat dari Bangladesh pada tanggal 9 Maret dan bahwa kapten serta setidaknya beberapa awaknya adalah orang Indonesia. Dia juga mengatakan bahwa kapten dan empat awak lainnya melarikan diri dari kapal ketika kapal mulai tenggelam.

Sekitar 1 juta orang Rohingya dari Myanmar adalah pengungsi di Bangladesh. Mereka termasuk sekitar 740.000 yang melarikan diri pada tahun 2017 untuk menghindari kampanye kontra-pemberontakan yang brutal oleh pasukan keamanan Myanmar, yang dituduh melakukan pemerkosaan dan pembunuhan massal serta membakar ribuan rumah. Minoritas Rohingya di Myanmar menghadapi diskriminasi luas dan sebagian besar tidak diberikan kewarganegaraan.

Badan bantuan Save The Children mengatakan perjalanan laut yang terus berlanjut mencerminkan situasi yang mengerikan di kamp-kamp di Bangladesh. Mereka mengatakan 250 anak yang tidak didampingi orang tua ada di antara warga Rohingya yang tiba di Indonesia dalam tiga bulan terakhir tahun lalu.

"Kehadiran anak-anak yang tidak didampingi di Aceh mengkhawatirkan dan menunjukkan bahwa keluarga Rohingya cukup putus asa untuk mengirimkan anak-anak mereka pergi mencari kehidupan yang lebih baik," kata Direktur sementara Save The Children di Indonesia, Dessy Kurwiany Ukar.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU