> >

Israel Ngotot Terus Serang Gaza, Hamas Tolak Usulan Damai Mediator Internasional, Situasi Runyam

Kompas dunia | 26 Maret 2024, 17:25 WIB
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berada di Washington pada Senin (25/3/2024), menegaskan akan beroperasi melawan Hamas di mana pun, termasuk di tempat-tempat di mana Israel belum berada. (Sumber: Times of Israel)

RAFAH, KOMPAS.TV - Hamas menolak usulan terbaru yang diajukan oleh mediator internasional untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera, sementara Israel mengutuk resolusi Dewan Keamanan PBB dan menegaskan akan terus menyerang Gaza hingga tujuan tercapai.

Saat perang di Gaza memasuki bulan keenam, masing-masing pihak terus ngotot bahwa konsep kemenangan versi mereka sendiri sudah dalam jangkauan, dan pada Senin malam mereka menolak upaya internasional terbaru untuk menghentikan pertumpahan darah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel dapat mencapai tujuannya membubarkan Hamas dan mengembalikan puluhan sandera jika meluaskan serangan daratnya ke kota selatan Rafah, tempat lebih dari setengah populasi Gaza mencari perlindungan, banyak di antaranya di kamp tenda yang ramai.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berada di Washington, Amerika Serikat (AS) dalam perjalanan terpisah. Namun, dia akan bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada hari Selasa. Sehari sebelumnya, Gallant berjanji melanjutkan serangan sampai tujuan Israel tercapai.

"Kami akan beroperasi melawan Hamas di mana pun, termasuk di tempat-tempat di mana kami belum berada," katanya. "Kami tidak memiliki hak moral untuk menghentikan perang ketika masih ada sandera yang ditahan di Gaza."

Hamas menyatakan akan mempertahankan sandera sampai Israel menyetujui gencatan senjata yang lebih permanen, menarik pasukannya dari Gaza, dan membebaskan ratusan tahanan Palestina, termasuk tokoh-tokoh kunci Palestina.

Hamas Senin malam mengatakan mereka menolak usulan terbaru yang tidak memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut, yang jika terpenuhi, akan memungkinkan mereka untuk mengeklaim kemenangan yang sangat mahal.

Baca Juga: Menhan Israel -AS Tetap Bertemu Walau Netanyahu Batalkan Seluruh Kunjungan Pejabat

Tenda-tenda pengungsi Gaza di Rafah dekat perbatasan Mesir. Hamas pada Selasa (26/3/2024) menyatakan akan mempertahankan sandera sampai Israel menyetujui gencatan senjata yang lebih permanen, menarik pasukannya dari Gaza, dan membebaskan ratusan tahanan Palestina, termasuk tokoh-tokoh kunci Palestina. (Sumber: Anadolu)

Belum terlihat tanda-tanda akhir dari perang ini, yang telah menewaskan lebih dari 32.000 warga Palestina. Serangan Israel telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza, mengungsikan sebagian besar penduduknya, dan mendorong sepertiga dari populasi 2,3 juta jiwa ke ambang kelaparan.

Serangan Israel pada Senin malam terhadap sebuah gedung permukiman di Rafah menewaskan setidaknya 16 orang dari tiga keluarga Arab Palestina, termasuk sembilan anak-anak dan empat perempuan, menurut catatan rumah sakit dan kerabat yang meninggal. Seorang reporter Associated Press melihat jenazah-jenazah tersebut tiba di rumah sakit.

Pada Senin, Dewan Keamanan PBB akhirnya berhasil mengeluarkan resolusi yang menuntut gencatan senjata saat AS memutuskan tidak memveto, membuat Israel marah dalam eskalasi besar-besaran ketegangan antara dua sekutu dekat tersebut. Resolusi menyerukan pembebasan semua sandera yang ditahan di Gaza tetapi tidak mengaitkan gencatan senjata dengannya.

Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan kepada Radio Angkatan Bersenjata pada hari Selasa bahwa resolusi tersebut telah memperkuat Hamas dengan memberi sinyal bahwa tekanan internasional akan mengakhiri perang tanpa harus membuatnya melakukan konsekuensi apa pun.

"Pesan yang disampaikan kepada Hamas kemarin adalah bahwa Anda tidak perlu terburu-buru," kata Katz.

AS, Qatar, dan Mesir menghabiskan beberapa minggu mencoba memfasilitasi gencatan senjata dan pembebasan sandera lainnya, tetapi upaya tersebut tampaknya telah mandek.

Hamas dalam sebuah pernyataan pada Senin malam mengatakan mereka telah memberi tahu para mediator bahwa mereka akan tetap pada posisi sebelumnya.

Baca Juga: Resolusi PBB Soal Gencatan Senjata di Gaza jadi Bentrokan Paling Keras antara AS dan Israel

Dewan Keamanan PBB hari Senin (25/3/2024) mengeluarkan tuntutan pertamanya untuk gencatan senjata di Gaza, dengan Amerika Serikat membuat murka Israel karena AS memilih abstain dalam pemungutan suara, memprovokasi benturan terkuat antara AS dan Israel sejak perang dimulai. (Sumber: AP Photo)

Hamas mengatakan Israel belum merespons tuntutan inti mereka untuk "gencatan senjata komprehensif, penarikan (Israel) dari Gaza, pengembalian pengungsi, dan pertukaran tahanan yang nyata."

Hamas sebelumnya mengusulkan proses bertahap di mana mereka akan melepaskan semua sandera yang tersisa sebagai imbalan dari penarikan penuh Israel dari Gaza, pembukaan perbatasannya untuk bantuan dan rekonstruksi, dan pembebasan ratusan tahanan Palestina, termasuk milisi-milisi teratas yang menjalani hukuman seumur hidup.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tuntutan-tuntutan tersebut sebagai tidak realistis. Dia bersumpah melanjutkan serangan Israel setelah pembebasan sandera dan terus berperang sampai Hamas dihancurkan, mengatakan itu adalah satu-satunya cara untuk mencegah terulangnya serangan pada 7 Oktober.

Tetapi dia memberikan sedikit detail tentang apa yang akan terjadi setelah kemenangan semacam itu dan sebagian besar menolak visi pascaperang yang diuraikan oleh AS.

Pendekatan tersebut telah membawanya ke konflik yang semakin terbuka dengan pemerintah Presiden Joe Biden, yang semakin khawatir atas korban sipil sambil memberikan bantuan militer penting kepada Israel dan mendukung tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas. AS telah memveto resolusi PBB sebelumnya yang menyerukan gencatan senjata.

Gedung Putih telah mendesak Israel untuk tidak melakukan operasi serbuan darat ke Rafah, memperingatkan itu bisa menyebabkan bencana kemanusiaan.

Pejabat pemerintahan Biden akan memberikan informasi kepada pejabat Israel yang sedang berkunjung tentang pendekatan alternatif, tetapi Netanyahu membatalkan kunjungan mereka sebagai respons atas abstainnya AS di Dewan Keamanan PBB.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press / Anadolu


TERBARU