> >

Kembali Terjadi, 12 Orang Terluka Usai Qatar Airways Alami Turbulensi dalam Penerbangan ke Dublin

Kompas dunia | 27 Mei 2024, 05:50 WIB
Sebanyak 12 orang penumpang dan awak pesawat terluka saat pesawat Qatar Airways yang terbang dari Doha ke Dublin mengalami turbulensi, Minggu (26/5/2024). (Sumber: Irish Examiner)

Baca Juga: Turbulensi Parah Singapore Airlines, Puluhan Penumpang Cedera Tulang Belakang

Proses evakuasi 12 orang penumpang dan awak pesawat terluka saat pesawat Qatar Airways yang terbang dari Doha ke Dublin mengalami turbulensi hari Minggu (26/5/2024). (Sumber: Skynews Dublin)

Meski kematian terkait turbulensi jarang terjadi, cedera terus bertambah dari waktu ke waktu. Beberapa ahli meteorologi dan analis penerbangan mencatat bahwa laporan tentang turbulensi semakin meningkat dan menunjukkan potensi dampak perubahan iklim terhadap kondisi penerbangan.

Seperti diberitakan Kompas.tv sebelumnya, penerbangan Singapore Airlines mengalami turbulensi parah di atas Samudra Hindia dan turun 6.000 kaki (sekitar 1.800 meter) dalam waktu sekitar tiga menit, pada Selasa, 21 Mei lalu. Seorang pria Inggris meninggal dan pihak berwenang mengatakan puluhan penumpang terluka, beberapa di antaranya parah.

Penerbangan Boeing 777 dari bandara Heathrow London ke Singapura, dengan 211 penumpang dan 18 awak di dalamnya, kemudian dialihkan dan mendarat darurat dalam cuaca buruk di Bangkok.

Apa itu turbulensi?

Sedangkan turbulensi pada dasarnya adalah udara yang tidak stabil yang bergerak secara tidak terduga. Kebanyakan orang mengaitkannya dengan badai besar. Namun jenis yang paling berbahaya adalah turbulensi udara jernih, yang sering terjadi tanpa tanda peringatan di langit.

Baca Juga: Apa Itu Turbulensi Pesawat yang Menewaskan 1 Penumpang Singapore Airlines? Ini Penyebabnya

Turbulensi udara jernih paling sering terjadi di atau dekat sungai udara di ketinggian tinggi yang disebut jet stream. Penyebabnya adalah geseran angin, yaitu ketika dua massa udara besar yang berdekatan bergerak dengan kecepatan berbeda. Jika perbedaan kecepatan cukup besar, atmosfer tidak bisa menangani tekanan tersebut, dan terbentuk pola turbulen seperti pusaran air.

“Ketika terjadi geseran angin yang kuat di dekat jet stream, itu bisa menyebabkan udara berputar. Dan itu menciptakan gerakan kacau di udara,” jelas Thomas Guinn, ketua departemen ilmu penerbangan terapan di Universitas Aeronautika Embry-Riddle di Daytona Beach, Florida.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : RTE, Associated Press


TERBARU