> >

Uni Eropa dan Israel Saling Maki Jelang Pengakuan Negara Palestina oleh Spanyol serta Irlandia

Kompas dunia | 28 Mei 2024, 05:18 WIB
Dari kanan, Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide, Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares Bueno dan Menteri Luar Negeri Irlandia Micheal Martin berfoto, di akhir konferensi media, saat pembicaraan mengenai Timur Tengah, di Brussels, Senin, 27 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)

Serangan terbaru terfokus di Rafah, di mana petugas kesehatan Palestina mengatakan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 45 orang pada Minggu (26/5) lalu, menghantam tenda-tenda bagi orang-orang terlantar dan meninggalkan banyak lainnya terjebak dalam puing-puing yang terbakar.

Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto, mengatakan serangan semacam itu akan memiliki dampak jangka panjang.

"Israel dengan pilihan ini menyebarkan kebencian, menanamkan kebencian yang akan melibatkan anak-anak dan cucu mereka. Saya akan lebih memilih keputusan lain," katanya kepada SKY TG24.

Serangan ini terjadi setelah pengadilan tertinggi PBB, Mahkamah Internasional, pada Jumat (24/5) akhir pekan lalu memberi perintah kepada Israel untuk menghentikan serangannya di Rafah, meskipun Mahkamah tidak memerintahkan gencatan senjata untuk wilayah Gaza.

Baca Juga: Hamas Serukan Rakyat Palestina Bangkit, Sebut Serangan Israel ke Rafah Kejahatan Keji

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell berbicara kepada media saat ia tiba untuk pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di gedung Dewan Eropa di Brussels, Senin, 27 Mei 2024. (Sumber: AP Photo)

Albares mengatakan Spanyol dan negara-negara lain meminta Borrell menyediakan daftar langkah-langkah apa yang dapat diterapkan Uni Eropa untuk membuat Israel mematuhi keputusan ICJ dan menjelaskan apa yang telah dilakukan Uni Eropa dalam situasi serupa ketika ada pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.

Adapun Spanyol, Irlandia, dan Norwegia berencana untuk secara resmi mengakui negara Palestina pada hari ini, Selasa (28/5). Pengumuman bersama mereka pekan lalu memicu tanggapan marah dari otoritas Israel, yang memanggil duta besar negara-negara tersebut di Tel Aviv ke Kementerian Luar Negeri Israel, di mana mereka difilmkan saat diperlihatkan video serangan dan penculikan Hamas pada 7 Oktober 2023 silam.

Meskipun banyak negara mengakui negara Palestina, tidak ada kekuatan besar Barat yang melakukannya, dan tidak jelas perbedaan apa yang dapat dihasilkan dari langkah ketiga negara tersebut di lapangan.

Pengakuan tersebut, bagaimanapun, adalah pencapaian penting bagi Palestina, yang percaya bahwa itu memberikan legitimasi internasional pada perjuangan mereka.

Albares mengkritik perlakuan terhadap duta besar Eropa di Israel.

Baca Juga: Remehkan Perintah Mahkamah Internasional, Serangan Udara Israel Tewaskan 22 Pengungsi di Rafah

"Kami menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan kesopanan diplomatik dan kebiasaan Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik," katanya.

"Tapi pada saat yang sama, kami juga sepakat bahwa kami tidak akan terprovokasi yang menjauhkan kami dari tujuan kami," tambahnya.

"Tujuan kami adalah mengakui negara Palestina besok, melakukan segala upaya untuk mencapai gencatan senjata permanen sesegera mungkin dan juga, pada akhirnya, mencapai perdamaian definitif."

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU