> >

Perang di Gaza Tak Selesai di Rafah, Pejabat Israel: Masih Bakal Berlanjut hingga 7 Bulan Lagi

Kompas dunia | 31 Mei 2024, 09:35 WIB
Tentara Israel bergerak di atas tank dekat perbatasan Israel-Gaza, terlihat dari Israel selatan, Selasa, 28 Mei 2024. Satuan tank tempur Israel dilaporkan mulai melakukan serangan masuk ke Rafah pada Rabu (29/5/2024), setelah Washington mengatakan serangan ini bukanlah invasi darat besar-besaran di kota selatan Gaza. (Sumber: AP Photo)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Pejabat Israel memperingatkan bahwa perang di Gaza masih bakal berlanjut hingga tujuh bulan lagi.

Pernyataan itu pun menepis keyakinan bahwa perang akan berakhir setelah serangan Israel menghancurkan Rafah, yang disebut benteng terakhir Hamas.

Penasihat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi, pada Rabu (29/5/2024), mengatakan bahwa tahun 2024 didefinisikan sebagai tahun pertempuran oleh kabinet perang Israel.

Baca Juga: Hamas Nyatakan Bersedia Berunding dan Siap Bersepakat bila Israel Hentikan Serangan

“Kita sudah memasuki bulan kelima di 2024, yang mana berarti kami mengharapkan tujuh bulan lagi untuk bertempur memperdalam pencapaian dan meraih tujuan kami untuk menghancurkan kemampuan pemerintahan dan militer Hamas, serta Jihad Islam,” katanya dikutip dari CNN International.

Pernyataan tersebut muncul setelah tank Israel melanjutkan serangan ke Kota Gaza tersebut.

Padahal komunitas internasional telah menyerukan agar negara Zionis tersebut menghentikan serangannya ke Rafah.

Pemerintah Israel sebelumnya mensinyalkan, memasuki Rafah akan menjadi fase terakhir perang terhadap Hamas.

Serangan Israel itu merupakan respons dari aksi militer Hamas ke wilayah sebelah selatan negara Zionis itu pada 7 Oktober, yang membunuh 1.200 orang dan menyandera 250 warga Israel lainnya.

Meski menyebutnya sebagai pembalasan, namun Israel malah membunuh lebih dari 36.000 orang di Gaza yang sebagian besar anak-anak serta perempuan.

Meski komunitas internasional termasuk Majelis Internasional (ICJ) memerintahkan Israel untuk tak menyerang Rafah, namun mereka tetap melakukannya.

Baca Juga: Trump Ngamuk Dinyatakan Bersalah atas 34 Dakwaan Kasus Uang Tutup Mulut: Persidangan Memalukan

Ekstremis sayap kanan Kabinet Perang Israel telah menyerukan agar serangan ke Rafah tetap dilakukan.

Mereka beragumen bahwa menghancurkan Hamas sangat diperlukan dan penting dibandingkan membawa pulang sandera yang diyakini masih hidup di Gaza.

Pernyataan Hanegbi bahwa operasi di Rafah tak mengakhiri  perang, menimbulkan pertanyaan terkait rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghentikan serangan Israel dan pemerintahan Gaza pascaperang.

 

 

Penulis : Haryo Jati Editor : Vyara-Lestari

Sumber : CNN Internasional


TERBARU