> >

Senior Kabinet Perang Israel Akan Mundur karena Netanyahu Tidak Berikan Rencana Gaza Pasca Perang

Kompas dunia | 7 Juni 2024, 15:07 WIB
Benny Gantz tahun 2022. Anggota Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, diperkirakan akan mundur dari pemerintahan darurat hari Sabtu, 8/6/2024, setelah tenggat waktu yang dia tetapkan bulan lalu berakhir, sebuah ultimatum agar Netanyahu menyusun rencana jelas untuk pasca-perang Gaza. (Sumber: AP Photo)

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Anggota Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, diperkirakan akan mundur dari pemerintahan darurat hari Sabtu, 8/6/2024, setelah tenggat waktu yang dia tetapkan bulan lalu berakhir, sebuah ultimatum agar Netanyahu menyusun rencana jelas untuk pasca-perang Gaza.

Menurut penyiar publik Israel, KAN, Gantz berniat mengajukan pengunduran dirinya karena Netanyahu gagal merumuskan rencana tersebut, seperti dilaporkan oleh Anadolu, Jumat, 7 Juni 2024.

Keputusan ini diambil meskipun ada tekanan dari AS, yang menganggapnya sebagai "mitra dekat" dan mendesaknya untuk tetap menjabat.

Keluarga sandera Israel di Gaza juga mendesak Gantz agar tidak mundur sampai kesepakatan pertukaran tahanan tercapai dengan Hamas.

Sementara itu, kantor Netanyahu telah menjadwalkan diskusi menteri yang diperluas pada hari Minggu, tepat setelah tenggat waktu yang ditetapkan Gantz, tambah KAN.

Gantz, yang bergabung dengan pemerintahan pada 11 Oktober, mengeluarkan ultimatum keras kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada 18 Mei: Kembangkan rencana pasca-perang yang komprehensif untuk Jalur Gaza sebelum 8 Juni, atau dia akan mundur.

Baca Juga: Perpecahan di Israel Makin Gawat, Benny Gantz Ancam Mundur jika Tak Ada Rencana Gaza Pasca Perang

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 6 Mei 2024. Netanyahu hari Senin, 3 Juni 2024, menyatakan belum siap untuk menghentikan perang di Jalur Gaza dan mengklaim pernyataan Biden tentang usulan gencatan senjata tidak akurat. (Sumber: AP Photo)

Penyiar tersebut mencatat bahwa rencana yang diusulkan Gantz mencakup beberapa elemen kunci: pengembalian sandera dari Gaza, melemahkan kekuasaan Hamas, dan perlucutan senjata Jalur Gaza.

Selain itu Gantz mengusulkan pembentukan koalisi Eropa-Arab untuk mengelola wilayah tersebut, memastikan kembalinya penduduk utara ke rumah mereka, dan dinas militer universal untuk semua warga Israel.

Israel telah melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan pada 7 Oktober lalu oleh kelompok Palestina Hamas, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Sekitar 36.600 warga Palestina telah tewas di Gaza, sebagian besar dari mereka wanita dan anak-anak, dan lebih dari 83.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Delapan bulan memasuki perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional ICJ, yang putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum kota tersebut diinvasi pada 6 Mei.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Anadolu


TERBARU