> >

Perang Hizbullah-Israel Berpotensi Pecah, Sekjen PBB: Bisa Timbulkan Malapetaka

Kompas dunia | 25 Juni 2024, 16:20 WIB
Kombatan Hizbullah menjalani latihan perang di Desa Aaramta, Distrik Jezzine, selatan Lebanon, 21 Mei 2023. (Sumber: Hassan Ammar/Associated Press)

BEIRUT, KOMPAS.TV - Kekhawatiran mengenai perang besar antara Israel dan organisasi politik dan paramiliter Lebanon, Hizbullah, menguat usai kedua pihak menyatakan kesiapan perang belakangan ini.

Potensi perang berskala penuh antara Hizbullah dan Israel menguat seiring buntunya perundingan gencatan senjata antara Israel dan sekutu Hizbullah, Hamas, di Gaza.

Hizbullah dan Israel telah terlibat konflik berskala terbatas sejak serangan ke Jalur Gaza dimulai Israel pada Oktober 2023 lalu. 

Israel dan Hizbullah pernah berperang pada 2006 silam. Operasi pengeboman Israel menghancurkan banyak bangunan di selatan Lebanon dan selatan Beirut. Sedangkan Hizbullah menyerang dengan ribuan roket yang diluncurkan ke utara Israel.

Baca Juga: Jenderal AS Ingatkan Israel, Perang Lawan Hizbullah Bakal Bikin Iran Turun Tangan

Konflik Israel dan Hizbullah pada 2006 menimbulkan 1.200 korban tewas di pihak Lebanon, kebanyakan warga sipil. Sedangkan korban tewas di pihak Israel setidaknya 160 orang, kebanyakan tentara.

Apabila perang pecah antara kedua pihak, efek destruktifnya diprediksi bakal melampaui perang antara Hizbullah dan Israel yang pernah terjadi.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan perang Israel dan Hizbullah dapat menimbulkan "malapetaka yang melampaui perbatasan, dan sejujurnya, melampaui imajinasi kita." Guterres dan berbagai pihak mendesak keduanya menahan diri.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengancam akan meratakan "Beirut seperti Gaza." Militer Israel pun telah mengesahkan rencana operasi serangan darat ke Lebanon.

Sementara pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menegaskan pihaknya tidak akan menyepakati gencatan senjata dengan Israel sebelum ada gencatan senjata di Gaza.

Nasrallah pun memperingatkan pihaknya akan bertempur "tanpa batas" jika Israel menyerang.

"Siapa pun yang menginginkan perang melawan kami, akan menyesalinya," kata Nasrallah, dikutip Associated Press.

Hizbullah dan Israel telah mengembangkan kapabilitas militer masing-masing sejak terakhir kali berperang pada 2006.

Pemerintah Lebanon telah membuat rencana gawat darurat menyikapi skenario perang pada Oktober 2023 lalu. Lebanon memperkirakan setidaknya satu juta orang akan terpaksa mengungsi jika terjadi perang.

Hizbullah diperkirakan memiliki sekitar 150.000 hingga 200.000 roket dan rudal untuk menyerang Israel. Senjata Hizbullah disebut lebih destruktif dari Hamas dan bisa menjangkau wilayah yang lebih jauh serta lebih akurat.

Sebaliknya, Lebanon juga rentan terhadap serangan udara Israel jika terjadi perang. Lebanon pun dilaporkan tidak memiliki fasilitas perlindungan yang memadai dari serangan udara.

Di lain sisi, sistem pertahanan udara Hizbullah terbatas untuk menghalau serangan udara. Sedangkan Israel memiliki sistem pertahanan udara canggih, termasuk Iron Dome yang mencatatkan tingkat kesuksesan hingga 90 persen.

Belum diketahui apakah pasukan reguler Lebanon akan terlibat jika Israel memutuskan menyerang.

Pada 2006 silam, militer Lebanon secara umum tidak terjun langsung melawan Israel, sekadar bertempur dalam kapasitas terbatas.

Perang besar antara Israel dan Lebanon juga dikhawatirkan akan menyeret kekuatan-kekuatan regional untuk terlibat. Kelompok milisi yang terafiliasi Iran di Suriah, Irak, dan Yaman berpotensi terlibat. 

Di kubu Israel, Amerika Serikat (AS) berpeluang semakin terlibat dalam konflik Timur Tengah jika negara itu memutuskan menyerang Lebanon.

Baca Juga: Penyelidikan Korupsi Israel: Netanyahu Disebut Terlibat Skandal Pembelian Kapal Selam Jerman

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU