> >

Rusia Tingkatkan Serangan di Ukraina, Barat Siapkan Respons Strategis

Kompas dunia | 30 Juni 2024, 15:15 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis, 6 Juni 2024. Tentara Ukraina menembaki posisi Rusia di sepanjang garis depan di wilayah Donetsk, Ukraina, pada hari Senin, 24 Juni 2024. (Sumber: Anadolu)

MOSKOW, KOMPAS.TV - Di musim panas ini, perlahan namun pasti, pasukan Rusia terus melancarkan serangan yang tidak kenal lelah ke pertahanan Ukraina yang kekurangan senjata dan pasukan. Hal ini memaksa negara-negara Barat untuk menyediakan senjata baru dan strategi baru untuk memperkuat Kiev.

Langkah-langkah Barat ini, pada gilirannya, memicu ancaman baru dari Presiden Vladimir Putin untuk membalas, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Langkah Barat untuk menghalangi serangan ini dan potensi respons dari Kremlin bisa menyebabkan eskalasi berbahaya seiring perang yang memasuki tahun ketiga. Hal ini semakin meningkatkan risiko konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO, seperti laporan Associated Press, Sabtu (29/6/2024).

Rusia memanfaatkan keunggulan kekuatan senjata untuk meningkatkan serangan di beberapa wilayah sepanjang garis depan sepanjang 1.000 kilometer. Unit-unit kecil Rusia menguji pertahanan Ukraina untuk menemukan titik lemah, yang berpotensi menjadi langkah awal untuk serangan yang lebih ambisius.

Serangan Rusia di dekat kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv, yang dimulai pada bulan Mei dan membuat khawatir sekutu Barat Kiev, tampaknya telah kehilangan momentum setelah tentara Ukraina memperkuat pasukannya di daerah tersebut dengan merelokasi pasukan dari sektor lain.

Sementara itu, Rusia membuat kemajuan secara bertahap namun stabil di wilayah Donetsk, termasuk di sekitar kota strategis Chasiv Yar, yang merupakan pintu gerbang menuju wilayah Donetsk yang masih berada di bawah kendali Ukraina. Para analis mengatakan, jatuhnya Chasiv Yar akan mengancam pusat-pusat militer penting di Sloviansk dan Kramatorsk.

Putin menyatakan Moskow tidak mencari keuntungan cepat dan akan tetap berpegang pada strategi saat ini untuk maju perlahan.

Moskow juga meningkatkan serangan udara terhadap fasilitas energi dan infrastruktur vital lainnya di Ukraina dengan gelombang rudal dan drone. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan negara tersebut telah kehilangan sekitar 80% pembangkit listrik termal dan sepertiga pembangkit listrik tenaga airnya dalam serangan tersebut.

Baca Juga: Rudal AS Digunakan Ukraina Serang Krimea dan Tewaskan 4 Orang, Rusia Ancam Pembalasan

Blok apartemen yang sebagian runtuh setelah serangan rudal oleh Angkatan Bersenjata Ukraina di kota Belgorod, Rusia, hari Minggu, 13/5/2024. 8 orang tewas akibat serangan tersebut. (Sumber: AP Photo)

Putin memperingatkan ini akan menjadi eskalasi besar, dan dia mengancam akan membalas dengan memberikan senjata kepada musuh-musuh Barat di tempat lain di dunia.

Dia memperkuat argumen tersebut dengan menandatangani pakta pertahanan bersama dengan Korea Utara pada bulan Juni dan membuka pintu untuk memasok senjata ke Pyongyang.

Putin mengancam Moskow bisa menyediakan senjata ke Korea Utara. Pun, "memasok sesuatu (senjata) kepada seseorang tetapi tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi setelahnya", mengisyaratkan peran Pyongyang sebagai pedagang senjata.

Ini kata Putin, sama seperti Barat menyebut Ukraina bisa memutuskan bagaimana menggunakan senjata dari Barat.

Dmitry Medvedev, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mencatat Moskow bisa mempersenjatai siapa pun yang menganggap Amerika Serikat (AS) dan sekutunya sebagai musuh mereka, “terlepas dari keyakinan politik dan pengakuan internasional mereka.”

Ancaman eskalasi lainnya muncul setelah serangan Ukraina dengan rudal ATACMS buatan AS yang menewaskan empat orang dan melukai lebih dari 150 orang di Sevastopol di Semenanjung Krimea, yang dianeksasi Rusia secara ilegal pada tahun 2014. Kementerian Pertahanan Rusia memperingatkan bahwa pihaknya bisa mengambil langkah-langkah yang tidak disebutkan terhadap drone AS di atas Laut Hitam yang menyediakan intelijen untuk Ukraina.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU