> >

Medsos dan Kemenangan Bongbong

Opini | 13 Mei 2022, 15:32 WIB
Tangkapan layar artikel berkudul Medsos dan Kemenangan Bongbong yang tayang di harian Kompas, Jumat (13/5/2022). (Sumber: Istimewa)

CIPE menyatakan, keluarga Marcos dan pendukungnya berhasil memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan berita palsu, memungkinkan Marcos Jr. kembali ke panggung politik. Media sosial memanfaatkan lembaga demokrasi Filipina yang lemah, untuk mendukung Marcos Jr. dalam memulihkan dinastinya.

Perusahaan induk Facebook, Meta, telah menghapus hingga 400 akun dari Filipina yang terlibat dalam aktivitas jahat menjelang pemilu. Tetapi hal itu tidak cukup. Karena, ada ribuan lainnya di antara 91.000 pengguna di Filipina pada pertengahan 2021.

Menurut survey “We are Social” (2021) ada 73,91 juta pengguna internet di Filipina. Temuan lain mengungkapkan, ada 89 juta pengguna media sosial di Filipina pada tahun 2021, meningkat 22 persen dari tahun 2020.

Jumlah pengguna media sosial di Filipina setara dengan 80,7 persen dari total populasi. Perbedaan antara pengguna internet dan pengguna media sosial menyiratkan bahwa banyak orang Filipina memiliki banyak akun media sosial. Bagi peneliti digital, ini mungkin berarti bahwa beberapa pengguna terlibat dalam perilaku seperti troll atau beberapa akun media sosial palsu dan/atau bukan manusia atau bot (Aries A Arugay, ISEAS Perspective 2022/33, 7 April 2022).

Kata Japhet Quitson (www.csis.org, 22 November 2021), sosial media adalah kekuatan fundamendal dalam masyarakat Filipina. Menggunakan sosial media adalah cara yang nyaman untuk mengetahui informasi dan mudah diakses, terutama karena konektivitas internet seringkali lambat dan tidak dapat diandalkan.

Aksesibilitas media sosial menjadikannya platform utama untuk mempengaruhi opini publik. Akibatnya, aktor politik rela melakukan apa saja untuk menarik perhatian publik.

Lebih dari 90 persen orang Filipina yang memiliki akses ke internet menggunakan media sosial. Facebook dan YouTube mendominasi negara: pada tahun 2021, sekitar 81 persen penduduk Filipina menggunakan Facebook; 85 persen orang yang memiliki akses internet menonton YouTube.

Rata-rata pengguna internet Filipina menghabiskan hampir empat jam di media sosial setiap hari. Bagi sebagian orang Filipina, Facebook adalah satu-satunya sumber berita mereka. Penduduk di kawasan miskin di sekitar Manila, yang mungkin tidak memiliki listrik, TV atau radio, mereka tetap memiliki telepon genggam.

Sebenarnya Bongbong Marcos Jr. kata Aries A. Arugay, mengulang yang dilakukan Rodrigo Dutarte pada Pemilu 2016. Pilpres 2016 secara luas dianggap sebagai “pemilihan media sosial” arus utama pertama di Filipina.

Duterte memenangi pilpres atas bantuan “pasukan” media sosial. Pakar politik Filipina mengaitkan kemenangan itu dengan penggunaan media sosial yang cerdas oleh kampanye Duterte hingga menyebarkan berita palsu.

Namun, ia mengatakan bahwa kemenangan Duterte semata-mata karena strategi media sosialnya yang cerdas, melebih-lebihkan kekuatan manipulasi virtual selama waktu itu dan mengabaikan hubungan simbiosis antara semangat online dan mobilisasi politik akar rumput (Rappler, January 28, 2021).

Filipina juga merupakan negara teratas di mana responden mengakui bahwa mereka mengikuti influencer media sosial. Rata-rata di tingkat global hanya 22,1 persen menggunakan influencer sebagai sumber informasi utama, sementara di Filipina 51,7 persen responden, bahkan tentang politik dan pemilu.

Kata Camille Elemia (Rappler, 27 Februari 2021) ketergantungan pada influencer ini mengungkapkan bahwa orang Filipina lebih menghargai kepribadian dan individu daripada institusi yang sah seperti media, akademisi, dan bahkan organisasi masyarakat sipil sebagai perantara media sosial mereka.

Tanpa standar verifikasi pemeriksaan yang tepat dan tanpa reputasi yang kredibel, akses yang diberikan kepada influencer untuk menghasilkan konten telah semakin berkontribusi pada penyebaran disinformasi.

Inilah yang secara “cerdik” tahun 2016 digunakan Dutarte, dan kini oleh Bongbong Marcos Jr. Karena itu, Bongbong Marcos Jr. menolak debat di TV dan juga tidak mau diwanwancara media terutama arus utama yang menentangnya saat menjelang pemilu.

Foto ilustrasi pemilu di Filipina. (Sumber: Istimewa)

Faktor Lain

Faktor lain yang memberikan sumbangkan kemenangan telak Bongbong Marcos Jr. adalah bersatunya dua dinasti—Marcos dan Dutarte—yang memiliki pengaruh kuat dalam politik. Dinasti Marcos menguasai wilayah Ilocos, Filipina Utara—Propinsi Ilocos Norte, Ilocos Sur, Pangasinan, dan La Union serta Cagayan Valley (Batanes, Cagayan, Isabela, Nueva Vizcaya, dan Quirino). Bongbong juga mendapat dukungan dari wilayah tengah, Leyte.

Sementara Dinasti Dutarte (yang menempatkan Sara Dutarte sebagai wakil presiden adalah walikota Davao City, 2010-2013 dan 2016-2022) menguasai wilayah Filipina Selatan, Mindano.

Bongbong juga pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur dan Gubernur Ilocos Norte (dua kali), Filipina Utara dan anggota Kongres mewakili Ilocos Norte, propinsi pendukung utama Dinasti Marcos.

Dengan kata lain, sentimen daerah, kewilayahan memberikan sumbangan besar bagi kemenangan keduanya.

Slogan yang diusung Bongbong Marcos Jr juga menarik rakyat yang sejak Revolusi 1986, belum benar-benar menikmati janji revolusi yakni terciptanya kehidupan yang lebih baik, tiadanya korupsi, kemiskinan, tegaknya hukum dan demokrasi, terciptanya kesejahteraan, tidak ada lagi dominasi dinasti-dinasti, pemerataan (Philippine Daily Inquire, 27 Februari 2020).

Maka Bongbong Marcos Jr mengusung slogan “Bersama Kita akan Bangkit Kembali” sambil mengingatkan bahwa zaman ayahnya, Ferdinand Marcos Sr, Filipina menikmati golden era (meskipun ada yang mengartikan golden era itu hanya bagi keluarga Marcos dan bukannya bagi rakyat Filipina). Mirip seperti di sini, muncul slogan “Enak Jamanku To.”

Maka rakyat, tidak lagi memersoalan undang-undang darurat, pelanggaran HAM, korupsi, kroniisme, dan sebagainya yang terjadi di masa lalu (atau juga di pelanggaran HAM di zaman Dutarte), melainkan lebih fokus pada bagaimana mendapatkan pekerjaan terutama di masa pasca pandemi Covid.

Kaum muda mencari solusi inovatif keluar dari jerat akibat pandemi. Dan, Bongbong Marcos Jr. meski dalam dirinya melekat noda hitam ayahnya, tetapi menawarkan pemerintahan baru dengan tata kelola yang baik, keberlanjutan dan inklusi, pendidikan, perawatan kesehatan, dan layanan sosial. Meski semua itu masih harus dibuktikan.

Jadi, benar yang dikatakan mantan Presiden Fidel Ramos (manilastandard.net, 25 Februari 2021) saat ulang tahun ke-35 Revolusi Kekuatan Rakyat, “Nasib bangsa kita masih belum pasti, tetapi sejarahnya adalah bukti bahwa kita selalu berhasil mencapai aspirasi bersama ketika kita bekerja bersama.”

Maka, Bongbong Marcos Jr pun mengusung slogan “Bersama Kita akan Bangkit Kembali.” Dan, rakyat Filipina lupa tragedi kemanusiaan di Zaman Marcos Sr. ***

*Artikel ini sudah diterbitkan harian Kompas, hari Jumat, 13 Mei 2022

Penulis : Redaksi-Kompas-TV

Sumber : Kompas TV


TERBARU