> >

Menelisik Peran Android dalam Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia

Opini | 19 Juni 2023, 12:38 WIB
Ilustrasi aplikasi dalam ponsel bersistem operasi Android. (Sumber: Photo by Rami Al-zayat on Unsplash)

Oleh: Sidiq Permana

JAKARTA, KOMPAS.TV - Apa yang Anda cari saat membuka mata di pagi hari? Tak sedikit orang yang menjawab handphone. Tak heran. Dengan ratusan aplikasi populer, mulai dari e-commerce, finance, media sosial, hingga ride hailing, handphone memang sulit dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.

Bak sulap, hanya beberapa kali ‘klik’ semua kebutuhan Anda bisa dipenuhi tanpa harus berpindah tempat. Tak hanya memudahkan, keberadaan aplikasi ini memberikan efek ganda bagi pertumbuhan ekonomi, baik secara langsung dan tidak langsung.

Bisa kita bayangkan, berapa banyak keluarga yang dinafkahi dari satu aplikasi e-commerce yang menampung ratusan ribu UMKM lokal. Atau, aplikasi ride hailing yang bisa membantu mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.

Semua perputaran uang di ekosistem ekonomi digital ini telah mempengaruhi PDB nasional. Berdasarkan data BPS, ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen, dengan PDB yang telah mencapai Rp19.588,4 triliun. Capaian ini telah melampaui capaian pada 2021 yang tumbuh sebesar 3,7 persen.

Dari sisi ekonomi digital pun, laporan terbaru SEA eConomy 2022 yang dikeluarkan oleh Temasek, Google, Bain & Company menyebutkan nilai ekonomi digital Indonesia meroket 22 persen year-on-year dari US$63 miliar pada 2021 menjadi US$77 miliar pada 2022 dan diprediksi akan menembus US$130 miliar pada 2025.

Lonjakan tersebut tidak terjadi dalam satu malam saja, melainkan proses yang berkesinambungan sejak awal ekosistem digital ini terbuka dan mampu mengakselerasi ekonomi digital dan digitalisasi di setiap aspek kehidupan masyarakat.

Peran Android dan Developer dalam Ekonomi Digital

Akses terhadap ponsel pintar dan penggunaan internet menjadi salah satu katalis positif terhadap digitalisasi. Internet telah membantu masyarakat di kota besar hingga pedesaan di pelosok Indonesia untuk memenuhi informasi dan kebutuhannya.

Berdasarkan Datareportal, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 77 persen atau setara dengan 212,3 juta orang pada 2023. Angka ini naik dari 73,7 persen atau 204,7 juta orang pada 2022.

Penetrasi internet ini pun tumbuh sejalan dengan pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia yang mencapai 192,1 juta orang di 2022. Artinya, lebih dari 80 persen pengguna mengakses internet melalui ponsel pintar.

Sementara itu, dari sisi perangkat, Android menjadi pemain utama yang membantu konektivitas dan aksesibilitas internet di Indonesia. Sejak Android diluncurkan pada  2007, hampir 1300 merek berbeda telah menciptakan lebih dari 24.000 perangkat Android yang berbeda.

Infografik penggunaan android di Indonesia (Sumber: (Datareportal, Digital 2023: Indonesia))

Android adalah sistem operasi seluler paling populer di dunia dengan lebih dari 3 miliar perangkat Android aktif. Kemudahan tersebut membuat para pembuat perangkat bisa menurunkan biaya handphone, sehingga akses masyarakat terhadap ponsel pintar semakin mudah.

Jika dilihat, pada 2023 ini smartphone berbasis Android bisa dibeli mulai dari Rp900 ribu. Akses yang terbilang terjangkau ini bisa mengundang lebih banyak konsumen memasuki ekonomi digital melalui ponsel murah.

Hal tersebut menjadikan Android sebagai satu-satunya ekosistem terbuka yang berdampak besar pada ekonomi digital di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, ada satu peran penting yang tak bisa terlewat, yakni developer atau pengembang.

Pengembang adalah pemain utama untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem digital. Mengapa? Sistem operasi tak akan berkembang tanpa peran para pengembang. Barisan kode yang mereka tulis berkontribusi langsung pada ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Sayangnya, tidak mudah menghadirkan pengembang di Tanah Air. Jika dibandingkan, kebutuhan dan dan jumlah pengembang yang tersedia di Tanah Air masih belum seimbang. Industri teknologi masih kesulitan memenuhi para pengembang sesuai dengan kebutuhan.

Ada kesenjangan besar antara kebutuhan industri dan ketersediaan lulusan yang sudah siap dari dunia akademik. Kesenjangan ini seolah menjadi kisah tak berujung yang tak mampu diselesaikan tanpa keterlibatan pemangku kepentingan.

Lantas, apa yang perlu dilakukan mengatasi kesenjangan ini? Setelah terjun lebih dari satu dekade di dunia pengembang, saya melihat ada tiga poin utama yang bisa memberikan jalan keluar dari kesenjangan ini.

Atasi Kesenjangan dengan Keterbukaan, Kolaborasi dan Perbanyak Ketersediaan Pengembang

Pertama, keterbukaan sistem operasi Android.  Keterbukaan ini memberikan para pengembang kebebasan berkreasi dan eksperimen dalam memilih alat mana yang tepat digunakan untuk mengembangkan aplikasi mereka.

Dengan Android, kemampuan para pengembang untuk mengembangkan aplikasi mereka yang menggunakan Windows, Mac, atau Linux tak terbatas.

Karakteristik alat pengembangan Android yang terbuka ini pun membuat para pengembang bisa semakin luas mengembangkan aplikasi seiring dengan pertumbuhan bisnis juga evolusi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Sejumlah besar alat pengembangan Android lintas platform membantu memastikan bahwa pengembang dapat memberikan nilai tambah dan membuat aplikasi berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan konsumen indonesia.

Kedua, program pengembangan kapasitas pelajar dan mahasiswa. Beberapa program yang saat ini telah berjalan dilakukan oleh Google dan beragam mitra. Inisiatif yang dijalankan seperti program nasional bernama Bangkit telah konsisten membantu ribuan siswa siap memasuki dunia kerja.

Program lainnya yang juga membantu menyiapkan para calon pengembang terjun langsung dalam industri adalah Google Developer Kejar, Android Kejar, Study Group, developer camp, dan Study Jam.

Program-program tersebut merupakan kerja kolaboratif antara mahasiswa, developer profesional, pendidikan, industri, dan komunitas untuk memecahkan masalah kurangnya para pengembang.

Program kerja kolaboratif ini diharapkan bisa membuat ekonomi digital yang berkelanjutan tumbuh seperti yang diharapkan yakni menghadirkan lebih banyak pengembang.

Dengan banyaknya pengembang, maka akan semakin banyak pembuat aplikasi dan orang kreatif di industri, sehingga ekonomi digital pun akan semakin maju dan ikut menyumbang lebih banyak pada ekonomi Tanah Air. Google, dengan berbagai inisiatif program kolaborasi telah berperan penting dalam proses ini selama bertahun-tahun.

Ketiga, kehadiran komunitas. Tak banyak yang menyadari bahwa komunitas adalah salah satu bagian penting yang mendorong pertumbuhan adopsi setiap teknologi.

Komunitas memainkan peran penting untuk memastikan bahwa pengetahuan dan kompetensi yang relevan bisa menjangkau khalayak yang lebih luas. Dengan ketersediaan platform dan pengembang, peranan komunitas yang diperlukan untuk membantu ekosistem tumbuh dan berkembang.

Dalam hal ini, Google pun telah membantu dengan berbagai inisiatif komunitas seperti Google Developer Groups (GDG) dan Google Developer Experts (GDE). GDG merupakan inisiatif yang mengelola komunitas di tingkat kota. Saat ini, Google memiliki 9 GDG di seluruh nusantara.

Sementara itu, GDE merupakan komunitas yang dijalankan oleh pengembang profesional terpercaya. Komunitas ini bertujuan untuk mempercepat dan memberdayakan pengembang lokal profesional untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas aplikasi.

Di Indonesia, ada 13 GDE dari berbagai bidang teknologi, mulai dari mobile app development, cloud hingga machine learning.

Masa Depan Pengembang dan Android

Dengan tiga poin di atas, saya melihat kolaborasi untuk menghadirkan para pengembang baru ini memerlukan peranan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama dalam penyampaian referensi online di Indonesia.

Saya secara pribadi terlibat dalam pengembangan kurikulum akademi lokal untuk Android dalam Bahasa Indonesia. Pasalnya, saya memahami dan menyadari bahwa hambatan bahasa menjadi salah satu penghalang untuk menghadirkan lebih banyak pengembang.

Sebagian besar dari pengembang semakin sulit memahami dokumentasi resmi, blog, atau bahkan referensi bahasa Inggris lainnya. Bekerja sama dengan dicoding.com sebagai satu-satunya mitra pelatihan resmi Google, saya dan Dicoding terus mengembangkan materi Android dalam Bahasa Indonesia.

Dengan pengembangan materi dengan Bahasa Indonesia ini, kami bertujuan ini dapat menjadi batu loncatan bagi setiap pengembang tingkat pemula atau semua orang yang ingin memulai karir menjadi pengembang Android.

Bagaimana hasilnya? Saat ini, ratusan ribu sudah terdaftar di akademi, 91% dari lulusan program Bangkit yang mendapatkan pekerjaan mengatakan bahwa Bangkit telah membantu mereka mendapatkannya.

Namun, saya melihat segala inisiatif ini masih menjadi perjalanan panjang agar bisa berdampak langsung bagi masyarakat luas. Semua langkah ini membutuhkan kerja kolaboratif bersama pemangku kepentingan.

Bersama komunitas dan sistem operasi Android untuk menangkap peluang yang bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat luas dan tentunya bisa membantu ekonomi Indonesia secara langsung.

Barisan kode yang berjalan di platform Android bisa menjadi pembuka jalan untuk kehidupan dan ekonomi yang lebih baik di masa depan.

* * *

Penulis merupakan Founder and Chief Innovation Officer at nbs.co.id, Google Developer Expert in Android. Isi artikel merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan redaksi Kompas.tv

Penulis : Meirna Larasati Editor : Redaksi-Kompas-TV

Sumber : Kompas TV


TERBARU