LA SCAPILIATA
Opini | 4 November 2024, 23:02 WIBOleh: Trias Kuncahyono
JAKARTA, KOMPAS.TV - Ini kali ketiga, kami mengunjungi Parma. Kami diundang oleh Direktur “The Museum of Chinese Art and Ethnography of Xaverian Missionaries of Parma”, Chiara Allegri. KBRI Takhta Suci menjalin kerja sama budaya dengan Museum Xaverian.
Yang selalu saya ingat, Parma, kota yang dipisahkan dengan Roma sejauh 460 km ke arah utara itu, menyimpan kisah cinta Napoleon Bonaparte (1769 – 1821) yang juga dikenal sebagai Napoleon I. Marie-Louise de Habsburg-Lorraine (1791 – 1847) dari Austria, putri Kaisar Romawi Suci, Francis II, istri kedua Napoleon I, tercatat sebagai “Duchess of Parma, Piacenza dan Guastalla.”
Baca Juga: Pompeii di Kaki Visuvius
Ia menjadi istri kedua setelah Napoleon I “melepaskan” istri pertamanya yakni Marie-Josèphe-Rose Tascher de La Pagerie (1763 – 1814). Ia “disingkirkan” karena bersamanya, Napoleon I tidak memiliki anak laki-laki. Ini dalih Napoleon Bonaparte saja untuk menceraikan karena kemudian menikahi Marie-Louise.
Di Parma, Marie-Louise tinggal di sebuah istana yang menurut catatan sejarah begitu indah. Namun, istana itu hancur menjadi sasaran pemboman pada masa PD II. Dahulu, istana itu, berdiri di depan “Pilotta Monumental Complex”.
Kami mengunjungi “Pillota Monumental Complex” itu bersama Chiara Allegri. “Pillota Monumental Complex” adalah salah satu pusat museum paling penting di Italia dan Eropa yang terdiri atas beberapa bangunan.
Bangunan-bangunan itu digunakan sebagai Galeri Nasional, Museum Arkeologi, Palatine Library, Farnese Theater dan Museum Bodoniano.
***
Baca Juga: Argos dan Odysseus
Di Galeri Nasional itulah kami “bertemu” Leonardo da Vinci (1452 – 1519) seniman besar yang lahir di Anchiano, dekat Vinci, Florence (Firenze) kotanya Niccolo Machiavelli (1469 – 1527) juga seniman besar lainnya, Michelangelo (1475 – 1564). Mereka hidup di zaman yang sama.
Leanardo da Vinci terkenal dengan karyanya, misalnya, The Last Supper, Mona Lisa, Salvator Mundi, St. John the Baptist, The Virgin and Child with St. Anne, Bacchus, Portrait of Isabella d’Este, Virgin of the Rocks, Adoration of the Magi, Annunciation, The Baptism of Christ, Portrait of a Musician, dan lainnya.
Di panel salah satu ruangan Galeri Nasional digantung sebuah lukisan perempuan setengah badan, kepala menunduh ke arah kanan, tersenyum tipis, mata melihat ke bawah, rambut ikal sebahu acak-acakan. Lukisan warna coklat, berukuran 24,6 x 21 cm, adalah sebuah lukisan kondang karya Leonardo da Vinci.
Ada keterangan tentang lukisan itu, yang ditempel di sisi lukisan: Testa di donna detta La Scapiliata 1492 – 1501; lalu di bawahnya ada tulisan Head of a Women Called La Scapiliata 1492 – 1501.
Mengapa diberi nama La Scapiliata? Pertanyaan itu terjawab dari rambut perempuan dalam lukisan itu. Rambut perempuan itu, tidak seperti rambut Mona Lisa yang mulai dilukis da Vinci pada tahun 1503. Tapi, acak-acakan. Itulah arti scapiliata.
Kata da Vinci, “Fa tu adonque alle teste li capegli scherzare insieme col finto vento intorno alli giovanili volti”, buatlah kepala dan rambutmu bercanda dengan angin palsu di sekitar wajah mudamu. Rambut perempuan itu sedang bercanda.
Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV