> >

Jangan Mager, Kurang Aktivitas Jadi Penyebab Utama Obesitas

Kesehatan | 13 Juli 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi obesitas. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, dr. Esti Widiastuti, MScPH, menyatakan bahwa kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap obesitas pada seseorang.

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi obesitas di tingkat nasional mencapai sekitar 21,8%. Angka ini dihitung berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh. 

Selain itu, data Riskesdas juga menunjukkan bahwa proporsi individu yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang kurang memadai cukup tinggi.

“Berbicara tentang obesitas itu berbicara bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh dengan apa yang keluar. Tapi kalau apa yang masuk lebih banyak akhirnya menumpuk dan penumpukan kalori yang masuk itu akan menjadi lemak sehingga jadilah overweight dan obesitas,” papar dr. Esti dikutip dari laman Sehat Negeriku Kemenkes.

Menurut dr. Esti, dampak dari kurangnya aktivitas fisik ini adalah banyak orang yang meyakini bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk penyakit tidak menular lainnya. 

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya aktivitas fisik dan asupan kalori yang tinggi.

Salah satu faktor yang memengaruhi situasi ini adalah penggunaan ponsel pintar yang tidak terkontrol, yang membuat penggunanya cenderung malas bergerak. 

Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Kesehatan telah merancang strategi pencegahan melalui promosi kesehatan dan pengelolaan obesitas dengan mengendalikan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM).

Promosi kesehatan dilakukan di fasilitas kesehatan primer, seperti Puskesmas, dengan melakukan deteksi dini melalui pengukuran berat badan dan lingkar perut. 

Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk memperbaiki gaya hidup mereka, seperti tidak merokok, meningkatkan aktivitas fisik, dan meningkatkan konsumsi protein, buah, dan sayur.

Sementara itu, pengendalian faktor risiko PTM dilakukan melalui penanganan yang adekuat terhadap kasus obesitas, seperti terapi obesitas dengan menerapkan diet sehat, melakukan latihan fisik, modifikasi perilaku, pendekatan medis, dan rujukan ke spesialis yang sesuai.

Baca Juga: Cipto Raharjo, Pria Penderita Obesitas Berbobot 200 Kg Asal Tangerang Dirujuk ke RSCM Jakarta

Obesitas terhadap Anak

Tak hanya orang dewasa, anak juga menjadi objek yang rentan untuk mengalami obesitas.

Dr. Lovely Daisy, MKM, selaku Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, mengungkapkan bahwa obesitas memiliki risiko yang sangat tinggi pada anak-anak.

Bahkan, jumlah kasus obesitas pada kelompok usia 5 hingga 19 tahun telah meningkat hingga 10 kali lipat selama empat dekade, dari tahun 1975 hingga 2016.

"Obesitas dikaitkan dengan kurangnya aktivitas fisik. Kalau kita lihat data Riskesdas 2018 anak usia 10 sampai 14 tahun itu yang kurang aktivitas sebanyak 64%. Ini sebenarnya nyambung kalau kita ngukur tingkat kebugaran anak-anak sekolah itu sebagian besar tidak bugar, artinya memang ini risiko tinggi apalagi ditambah dengan pola konsumsi anak-anak kita yang kurang baik,” papar dr. Lovely.

Obesitas juga memiliki hubungan erat dengan kebiasaan anak-anak yang tidak sarapan sebelum pergi ke sekolah. 

Menurut data Riskesdas 2018, sekitar 65% anak-anak tidak melakukan sarapan, sehingga mereka cenderung memilih untuk membeli makanan di sekolah tanpa pengawasan dari orang tua.

Pemantauan pertumbuhan anak sebaiknya dilakukan secara rutin setiap bulan. Hal ini penting untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan, baik itu dalam bentuk kekurangan gizi maupun kelebihan gizi, sehingga intervensi dapat dilakukan dengan cepat.

Salah satu strategi pencegahan obesitas pada anak adalah melalui pengaturan pola makan yang sehat. 

Pola makan yang baik haruslah terjadwal, dengan makan makanan pokok sebanyak tiga kali sehari, dan makanan selingan dua kali sehari.

"Rutin melakukan aktivitas fisik dan orang tua harus menyediakan makanan yang bergizi seimbang dan membantu anak belajar lebih selektif dan sehat terhadap makanan yang dikonsumsi,” ujarnya. 

Baca Juga: Mengapa Orang Obesitas Rentan Alami Gatal-Gatal di Area Lipatan Paha hingga Selangkangan?

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU