> >

Gaduh Paket Makanan Cegah Stunting di Depok Kurang Bernutrisi, Begini Petunjuk Kemenkes

Kesehatan | 18 November 2023, 16:25 WIB
Viral toples menu stunting gambar Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok yang dinilai tidak bernutrisi. (Sumber: Tribunnews)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Belakangan ini paket makanan tambahan untuk mencegah stunting di Kota Depok, Jawa Barat menjadi perbincangan publik lantaran dinilai tidak bernutrisi.

Sejumlah warga melaporkan mengenai makanan tambahan untuk stunting yang dinilai tak sesuai standar nutrisi.

Ada menu nasi dengah kuah sup, bahkan ada pula paket makanan yang hanya menyajikan tiga nugget saja.

Padahal, anggaran untuk makanan tambahan stunting ini mencapai Rp4,4 miliar dengan harga per paket makanan Rp18 ribu.

Menanggapi keluhan masyarakat, DPRD Kota Depok pun meminta agar Dinas Kesehatan mengevaluasi masalah ini.

Baca Juga: Dinkes Depok Tolak Usulan DPRD untuk Ganti Stiker Toples Menu Stunting Gambar Wali Kota dan Wakilnya

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebenarnya telah mengeluarkan booklet atau buku petunjuk teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan Pangan Lokal untuk Balita dan Ibu Hamil pada tahun 2023.

Di dalam buku petunjuk itu, standar makanan tambahan lokal untuk balita juga telah diatur berdasarkan usia.

Makanan tambahan kaya zat gizi berupa sumber makanan pokok, lauk pauk, disarankan untuk mengutamakan sumber hewani, serta sayur dan buah.

Bahan makanan sumber protein hewani yang dianjurkan adalah satu potong sedang ikan segar seberat 40 gram yang mengandung 50 kalori, 7 gram protein, dan 2 gram lemak. 

Kemenkes juga sudah menyarankan lauk pauk maupun daftar pangan lain pengganti ikan segar.

Lauk pauk tersebut di antaranya, daging sapi, daging ayam, hati sapi, ikan asin, ikan teri kering, telur ayam, udang basah.

Baca Juga: Murah Meriah, Ini 6 Menu Makanan Mencegah Stunting: Ada Buah-buahan hingga Ikan

Kemudian daftar pangan lain sumber protein hewani sebagai penukar ikan segar terdiri dari susu sapi, susu kerbau, susu kambing, tepung susu whole, dan tepung susu krim.

Bahan makanan sumber protein hewani juga dikategorikan menjadi 3 golongan, yakni Golongan A, Golongan B, dan Golongan C. 

Golongan A merupakan jenis makanan rendah lemak, di antaranya ayam tanpa kulit, cumi-cumi, daging asap, dendeng sapi, ikan lele, ikan mujair, ikan pindang, putih telur ayam, kerang, dan sebagainya.

Golongan B merupakan jenis makanan dengan kandungan lemak sedang, di antaranya bakso, daging sapi, daging kambing, hati ayam, otak, telur ayam, telur bebek asin, telur puyuh, dan usus sapi.

Golongan C merupakan jenis sumber protein hewani yang tinggi lemak, di antaranya bebek, belult, kornet daging sapi, ayam dengan kulit, daging babi, kuning telur, ham, sardencis, dan sosis.

Baca Juga: Soal Deteksi Dini Stunting, Menkes: Cermati 3 Hal Ini, Orang Tua Timbang Anak Balita Sebulan Sekali

Petunjuk terkait PMT dari Kemenkes ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi balita melalui pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Kemenkes juga telah memberikan contoh makanan tambahan lokal bagi bayi berdasarkan usia. Misalnya, bayi 6-8 bulan diberi bubur kentang daging dan buah melon atau bubur udang tahu dan buah pepaya.

Lalu, bayi usia 9-11 bulan diberi menu makanan nasi tim tongkol dan buah apel atau nasi tim ayam dan sari buah jeruk.

Kemudian, untuk anak usia 12 bulan (1 tahun) hingga 23 bulan, Kemenkes memberi contoh menu makanan berupa nasi sup bola tahu ayam dan jeruk atau nasi soto lamongan dan jeruk.

Untuk anak usia 24 bulan (2 tahun) hingga 59 bulan (4 tahun) atau balita, Kemenkes memberi contoh menu makanan sehat berupa nasi ayam katsu dengan tumis sayuran dan buah melon.

Baca Juga: Ketidakbahagiaan Ibu Mengasuh Bayi Bisa Sebabkan Stunting, Simak Penjelasannya

 

 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU