> >

Debat Prabowo dan Ganjar Ramai soal Stunting, Berikut Penyebab dan Gejalanya Pada Pertumbuhan Anak

Kesehatan | 7 Februari 2024, 01:00 WIB
Momen Prabowo Subianto bertanya pada Ganjar Pranowo saat debat terakhir capres di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). (Sumber: Tangkapan layar KompasTV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pembahasan stunting menjadi sorotan hangat antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dalam debat capres di JCC Senayan, Minggu (4/2/2024). Hal ini bermula saat Prabowo Subianto bertanya ke Ganjar Pranowo terkait program pemberian makanan bergizi untuk cegah stunting.

"Apakah setuju dengan gagasan untuk memberi makan bergizi untuk seluruh masyarakat Indonesia, demi atasi stunting dan menghilangkan kemiskinan, dan mengurangi angka kematian ibu saat melahirkan?" tanya Prabowo pada debat kelima Pilpres 2024.

Namun, Ganjar Pranowo justru menyangkal. Ganjar berpendapat apa yang dilakukan dengan program Prabowo justru telat. Menurut Ganjar, cegah stunting harus berfokus sejak bayi masih di dalam kandungan. Baginya pemberian gizi ibu hamil justru akan lebih tepat.

Lantas,  apa itu stunting, apa dampak buruknya pada pertumbuhan anak?

Menurut Badan PBB untuk Kesehatan (WHO), Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.

Baca Juga: 5 Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk, Gagasan Prabowo yang Disorot Ganjar di Debat Capres 2024

Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan (UNICEF), stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.

Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.

 

Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

Penulis : Ade Indra Kusuma Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU