> >

Perlukah Sejarah Gerakan 30 September Ditulis Ulang? Ini Kata Pusat Studi Pancasila UGM

Peristiwa | 5 Oktober 2020, 16:56 WIB
Monumen Pancasila Sakti di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. (Sumber: KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pro kontra sejarah Gerakan 30 September dan Hari Kesaktian Pancasila membuat Ketua Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Agus Wahyudi, angkat bicara.

Agus Wahyudi mengusulkan penulisan ulang sejarah Gerakan 30 September mengingat ada kemungkinan informasi sejarah yang diterima masyarakat selama ini terkait dengan kepentingan penguasa di masa lalu. 

“Penulisan ini harus melalui riset mendalam dari kalangan akademisi dan sejarawan,” ujarnya, Senin (5/10/2020).

Menurut Agus, jika penulisan sebuah peristiwa sejarah bersumber dan terbuka untuk mendapatkan ujian atau validasi dari sumber yang beragam pada pusat-pusat riset dan pengkajian ilmiah, maka bisa mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya.

Ia mengungkapkan hal ini tidak hanya berlaku dalam bidang sejarah, melainkan juga dalam upaya pencarian kebenaran pada umumnya dalam tradisi ilmu pengetahuan.

Sementara, pendekatan ilmiah dan kajian untuk kontroversi Gerakan 30 September harus sesuai standar mutu tinggi di masyarakat kampus dan lembaga riset yang menangani isu tersebut.

“Buku pelajaran sekolah dan kebijakan politik negara kelak perlu merujuk pada hasil riset dan pekerjaan ilmiah yang menggunakan standar yang diakui itu,” ucapnya.

Ia bahkan merasa optimistis jika kontroversi sebuah isu tertentu akan bisa merangsang partisipasi dan keterlibatan publik yang lebih luas serta mendorong kedewasaan.

Syaratnya, perkembangan narasi itu tidak direkayasa, seperti mobilisasi pendukung dengan menggunakan kekuatan uang atau kekuasaan, termasuk ancaman pemaksaan terhadap posisi atau pendapat yang berbeda.

Agus juga menilai Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober tidak ada hubungannya dengan Pancasila. 

Penulis : Dian-Septina

Sumber : Kompas TV


TERBARU